Misalnyasaja dalam filsafat pendidikan Barat ada yang namanya aliran Nativisme, aliran Naturalisme, aliran Empirisme, aliran Konvergensi, dan lain-lain. Tidak berbeda pula dengan filsafat pendidikan Islam, di dalamnya juga terdapat banyak aliran yang berbeda tetapi konteks dan rujukan tetap kepada al-Qur'an dan al-Hadist.
aliran naturalisme Pengertian NaturalismeNaturalisme adalah aliran seni yang mengutamakan keakuratan dan kemiripan objek yang dilukis agar tampak natural dan realistis seperti referensinya yang terdapat di alam. Naturalisme adalah bentuk apresiasi Seniman pada keindahan alam. Biasanya seniman mengangkat tema keindahan pemandangan di sekitar, seperti yang terjadi pada pergerakan mooi indie di Indonesia Hindia Belanda, tepatnya. Seniman terkadang memilih setting cahaya yang lebih dramatis pada saat sebelum terbit atau tenggelamnya matahari, untuk mendapatkan pencahayaan golden hours. Pemilihan cahaya dramatis seperti itu adalah salah satu ciri Romantisisme yang diberontak oleh aliran Naturalisme. Naturalisme menganggap dalam pencahayaan yang tidak dramatis seperti itupun keindahan alam tetap dapat digambarkan. Aliran naturalisme adalah salah satu contoh bagaiman sebuah Aliran juga dapat didefinisikan berabad-abad setelah pergerakan awalnya muncul. Karena meskipun pergerakan naturalisme adalah wujud pengembangan dari realisme serta melawan romantisisme, prototipnya sudah ada dari abad ke 17-an. Pada 1820-an, bentuk awal Naturalisme sudah menjadi tren dominan dalam lukisan pemandangan, sebagian besar karena pengaruh seniman Inggris John Constable. Selama periode ini, kelompok dan sekolah seniman untuk masyarakat sudah didirikan di berbagai lokasi yang tersebar di seluruh dunia. Beberapa sekolah itu adalah Akademi Norwich di Inggris timur, Akademi Hudson River di New York State, dan Akademi Barbizon di Prancis tengah, yang mempengaruhi seluruh Eropa. Perbedaan Naturalisme dan RealismePengertian naturalisme sering tertukar dengan aliran realisme, padahal sebetulnya cukup mudah untuk membedakannya. Aliran realisme mengangkat tema yang realistis, gambar pada lukisan tidak harus selalu mirip dengan referensinya. Justru Naturalisme-lah yang mengutamkan kemiripan gambar yang dilukiskan sesuai dengan referensinya di alam. Meskipun realisme juga dapat memanfaatkan kemiripan tersebut untuk membuat gagasan dan tema yang lebih realistis. Perbedaan Naturalisme dan RealismePengertian naturalisme sering tertukar dengan aliran realisme, padahal sebetulnya cukup mudah untuk membedakannya. Aliran realisme mengangkat tema yang realistis, gambar pada lukisan tidak harus selalu mirip dengan referensinya. Justru Naturalisme-lah yang mengutamkan kemiripan gambar yang dilukiskan sesuai dengan referensinya di alam. Meskipun realisme juga dapat memanfaatkan kemiripan tersebut untuk membuat gagasan dan tema yang lebih realistis. Sastra NaturalismeBerbeda dengan istilah naturalisme yang sering digunakan pada seni rupa, di dunia sastra naturalisme berarti prosa fiksi yang lebih radikal dari cerita realisme. Artinya sastra aliran naturalisme akan menceritakan dengan gamblang kenyataan yang sering terjadi sehari-hari tanpa menyensor adegan atau dialog yang kontroversial. Naturalisme pada seni rupa dapat menjadi istilah yang digunakan untuk menyatakan “kemiripan dengan alam”, gambar yang sangat mirip dengan referensinya dapat disebut natural, diluar konteks aliran Naturalisme. Sementara pada dunia sastra Naturalisme biasa ditulis dengan huruf “N” besar untuk menyatakan bahwa naturalisme disana adalah istilah spesifik untuk suatu aliran, bukan istilah natural untuk konteks apa saja. Mengutamakan kemiripan gambar pada lukisan dengan objek yang dilukis sesuai dengan referensiTeknik dan kepiawaian seniman menjadi senjata utamaMembawakan tema-tema lukisan yang indah namun berdasarkan kemurniannyaNaturalisme adalah bentuk apresiasi seniman terhadap keindahan alamMengangkat tema keindahan pemandangan di sekitar senimanMelukiskan kecantikan atau ketampanan potret manusia apa adanya, tanpa dilebih-lebihkan. Teknik-teknik Constable belum secara keseluruhan tercapai disini. Karya ini dilukis pada masa mudanya yang mana lukisan ini berlatar belakang politik dan perang di negaranya sedang kisruh. Meskipun begitu lukisan ini menunjukkan komitmennya terhadap pengamatan alam yang akurat dan jujur, terlihat pada rincian dari pepohonan dan langit yang dilukis secara detail. Mata pengamat diarahkan ke bagian terjauh sungai pemandangan, sepanjang rute sungai ke menara jauh dari gereja Dedham, meskipun kecil, membentuk titik fokus yang kuat dalam karya tersebut. Perhatikan, pohon-pohon di kedua sisi kanvas membentuk bingkai ke bagian tengah gambar yang menampilkan pemandangan utamanya. Dirinya menampilkan pemandangan yang ada disekitar rumahnya itu dengan apik, melalui pengelihatan yang estetis tanpa melebih-lebihkannyaNaturalisme. Tokoh penting & Contoh Lukisan Naturalisme John ConstableJohn Constable adalah seniman asal Inggris yang dianggap sebagai salah atu tokoh seniman yang paling berpengaruh dalam perkembangan aliran naturalisme. Dia menolak gaya lukisan pemandangan pada masanya. Constable menyatakan bahwa “Kebiasaan pelukis hari ini adalah bravura, sebuah upaya untuk menggambarkan sesuatu yang melampaui kebenaran”. Ia memilih untuk menciptakan cara representasi sendiri yang berdasarkan mentransfer apa yang dilihatnya sejujur mungkin di atas kanvas. Selain itu John memilih untuk melukis apa yang ada disekitarnya terlebih dahulu. Dalam surat yang ditulis untuk koleganya ia menulis “I should paint my own places best “. Ia juga tertarik pada pergantian cahaya dan awan di alam tanpa membeda-bedakan mana yang lebih Naturalisme John ConstableDedham Vale 1816 & AnalisisnyaContoh lukisan naturalisme Deadham vale oleh John ConstableContoh lukisan naturalisme Deadham Vale oleh John ConstableTeknik-teknik Constable belum sepenuhnya tercapai disini. Karya ini dilukis pada masa mudanya dengan latar belakang politik dan perang di negaranya sedang kisruh. Meskipun begitu lukisan ini telah menunjukkan komitmennya terhadap pengamatan alam yang akurat dan jujur, tampak pada rincian dari pepohonan dan langit sangat mendetail. Mata pengamat diarahkan pada bagian terjauh sungai pemandangan, sepanjang rute sungai ke menara jauh dari gereja Dedham, yang meskipun kecil, membentuk titik fokus yang kuat untuk karya tersebut. Pohon-pohon di kedua sisi kanvas juga membentuk bingkai ke bagian tengah gambar yang menampilkan pemandangan utamanya. Ia menampilkan pemandangan disekitar rumahnya itu dengan apik, melalu pengelihatan yang estetis tanpa melebih-lebihkannya. Maria Bicknell 1816 & AnalisisnyaPotret Maria Bicknell oleh John ConstablePotret Maria Bicknell oleh John ConstableLukisan ini adalah potret dari tunangan Constable, dilukis sekitar tiga bulan sebelum pernikahan mereka. Potret ini dikatakan sangat mirip dengan wajah Maria Bicknell. Meskipun tingkat kemiripannya akurat, John tidak malu untuk menunjukkan marka sapuan kuasnya dan justru membuat kontras yang indah antara latar belakang dan potret wajah yang berada di depan. Menciptakan keindahan yang tidak ditutup-tutupi, seperti bagaimana bekas sapuan kuasnya ditunjukan tanpa keraguan. The White Horse 1819 & Analisisnyacontoh lukisan naturalisme the white horse oleh john constablecontoh lukisan naturalisme the white horse oleh john constableDalam lukisan ini Constable menggambarkan adegan kehidupan pedesaan yang wajar. Tidak menerapkan emosi atau ekspresi, mengasihani atau merayakan kehidupan kerja orang-orang yang dilukisnya. Ia hanya mempresentasikannya apa yang telah ia lihat. Constable menunjukkan para pria yang melanjutkan cara hidup yang telah mereka jalani selama berabad-abad, meskipun ancaman industrialisasi semakin meningkat. Thomas ColeLahir di area industri Inggris, Cole pindah ke Amerika Serikat semasa mudanya, dan sejak saat itu selalu berusaha untuk menangkap keindahan eksotik dari gurun-gurun yang terdapat di benua Amerika. Lukisan-lukisan Thomas Cole, ikut menjadi monumen untuk berbagai harapan dan kecemasan bangsa Amerika yang baru tumbuh selama pertengahan abad ke-19. Dia dianggap sebagai seniman pertama yang membawa mata pelukis pemandangan Eropa ke lingkungan Amerika. Tetapi sosok ini juga tetap mengekspresikan pemandangan Amerika yang unik. Lukisan Naturalisme Thomas ColeLake with Dead Trees Catskill 1825 & Analisisnyacontoh lukisan naturalisme Lake with Dead Trees Catskill oleh Cole Thomascontoh lukisan naturalisme Lake with Dead Trees Catskill oleh Cole ThomasLake with Dead Trees menggambarkan pemandangan Pegunungan Catskill di tenggara New York. Di tepi danau yang yang sunyi ini dikelilingi oleh pohon-pohon mati, dan dua ekor rusa yang sedang bergerak kesana kemari. Latar belakang pemandangan di lukis pada saat senja akan tiba. Di balik hutan itu matahari yang akan tenggelam masih menyinarkan cahayanya menembus langit yang berawan. Meskipun karya ini adalah lukisan naturalis yang berfokus pada teknis dan keakuratan menggambar, terdapat arti atau interpretasi yang dapat diproduksi. Lukisan ini sering diartikan sebagai kontemplasi dan dialog antara hidup dan mati, dan berlalunya waktu yang menjadi saksi bisu terhadap dialog tersebut. The Consummation of Empire 1836 & Analisisnyacontoh lukisan naturalisme The Consummation of EmpireContoh lukisan naturalisme The Consummation of Empire oleh Thomas ColeLukisan ini adalah salah satu dari rangkaian lima lukisan berjudul The Course of Empire yang dipesan oleh Luman Reed. Setiap lukisan dalam seri ini menggambarkan lanskap yang sama pada tahap yang berbeda dari kebangkitan hingga kejatuhan peradaban imajiner ini. Seluruh seri ini dimaksudkan sebagai peringatan tentang ambisi Kekaisaran yang berlebihan. Lukisan ini menggambarkan kekaisaran pada puncak kekuasaannya lengah dan terbius dalam ambisinya sendiri yang malah membuat kehancuran kota. Amerika baru saja membebaskan diri dari Kerajaan Inggris ketika lukisan ini dibuat. Ia ingin memperingatkan bahwa negara baru tidak boleh jatuh ke perangkap yang sama dengan pendahulunya di Eropa. Lebih dari itu, seri ini tampaknya mengekspresikan kecemasan Cole tentang ancaman perambahan industri dan ekspansi urban ke lanskap Amerika yang tumbuh dengan begitu pesatnya, sehingga menghiraukan alam disekitarnya. William Bliss BakerWilliam Bliss Baker adalah seniman yang lahir di Amerika Serikat. Ia mengawali pendidikan seninya di National Academy of Design pada tahun 1876. Baker adalah seniman berbakat yang telah menggelar banyak pameran bahkan ketika ia masih menjalani studinya. Karena Baker sudah mahir melukis jauh sebelum ia memulai pendidikan formalnya. Ia juga memenangkan banyak penghargaan seperti penghargaan Elliot dan Hallgarten yang merupakan penghargaan berkelas pada masanya. Dapat dikatakan juga, William Bliss Baker adalah seniman naturalisme dengan kemampuan teknis yang terhebat di aliran ini. Teknik melukisnya yang begitu akurat menginspirasi banyak kelahiran aliran baru yang diilhami oleh Aliran naturalisme. Baik para pelakon aliran fotorealisme di zaman modern, hingga para hyper-realisme di era kontemporer sekarang. Baker meninggal di usia muda pada awal usia 27 tahun-nya akibat kecelakaan berseluncur es. Lukisan Naturalisme Thomas ColeFallen Monarchs 1886 dan AnalisisnyaContoh lukisan naturalisme fallen monarchs 1886 oleh william bliss bakerContoh lukisan naturalisme Fallen Monarchs 1886 oleh william bliss bakerLukisan ini menggambarkan dua pohon tumbang, kontras dengan pohon yang baru saja tumbuh menghiasi hutan itu. Cahaya yang menembus ranting dan dahan pohon memberikan suasana spiritual dan imaji harapan pada karya tersebut. Lagi-lagi contoh tata ungkap yang dapat berhasil diberikan meskipun seniman secara objektif hanya mentransfer alam ke dalam lukisan. Fallen monarchs disebut sebagai masterpiece dari Thomas Cole, padahal karya ini merupakan lukisan yang dihasilkan pada awal karirnya. Keakuratan dalam penggambaran pemandangan di lukisan ini mengalahkan hasil foto yang dapat diambil pada zamannya. Berbeda dengan aliran lain yang menghindari kemampuan utama fotografi, Ia berhasil menaklukan teknologi itu langsung melalui sapuan kuasnya. Advertisement Abdullah SuriosubrotoAbdullah Surisubroto disebut sebagai pelukis Indonesia generasi pertama yang telah mendapatkan reputasi internasional pada abad ke 20, setelah Raden Saleh mendahuluinya pada abad ke 19. Abdullah ialah anak dari tokoh pergerakan nasional dr. Wahidin Sudirohusodo. Abdullah Suriosubroto disekolahkan pendidikan kedokteran ke Negeri Belanda, namun ia lebih memilih untuk menjadi adalah ayah dari pelukis Basoeki Abdullah dan pematung Trijoto Abdullah. Lukisan Naturalisme Abdullah SuriosubrotoPemandangan Gunung 1935Contoh lukisan naturalisme Pemandangaan Gunung oleh Abdullah SuriosubrotoContoh lukisan naturalisme Pemandangaan Gunung oleh Abdullah SuriosubrotoLukisan pemandangan ini adalah cikal bakal dari lukisan klasik Indonesia. Lukisan yang akan mempengaruhi seluruh pelukis naturalis dalam menggambarkan pemandangan lokal. Pemandangan Indonesia yang identik dengan gunung biru dibelakang hamparan sawah dan diapit oleh bukit hutan tropis. Pemandangan gunung merupakan salah satu lukisan yang menjadi koleksi presiden pertama Republik Indonesia, Bung Karno. Basuki AbdullahBasuki Abdullah adalah putra dari Abdullah Suriosubroto. Ia juga ikut menjadi salah satu pengaruh terbesar di dunia seni rupa Indonesia. Abdullah Sejak dari kecil umur 4 tahun Basuki Abdullah sudah mulai menyukai dunia seni. Basuki Abdullah mendapatkan pendidikan formal seni di Akademi Seni Rupa Academie Voor Beldeende Kunsten Den Haag, Belanda. Biografi lengkap, contoh lukisan hingga ke analisis alirannya dapat dibaca disini Basuki Abdullah – Biografi dan Analisis Aliran Karya. Lukisan Naturalisme Basuki AbdullahPantai Flores 1942Contoh lukisan naturalis Pantai flores, oleh Basuki AbdullahContoh lukisan naturalis Pantai flores, oleh Basuki Abdullah
1 Asas ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, yang berarti di depan pendidik memberi contoh, di tengah memberi dorongan, di belakang memberi pengaruh agar menuju kebaikan. 2. Asas pendidikan sepanjang hayat, yang berarti pendidikan itu dimulai dari lahir sampai mati. 3.
NATURALISME merupakan teori yang menerima “nature” alam sebagai keseluruhan realitas. Istilah “nature” telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, mulai dari dunia fisik yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dam waktu. Natural adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh sains alam. Istilah naturalisme adalah sebaliknya dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan yang ada wujud di atas atau di luar alam Harold H. Titus 1984 Materialisme adalah suatu istilah yang sempit dari dan merupakan bentuk dari naruralisme yang terbatas. Namun demikian aliran ini pada akhirnya lebih populer dari pada induknya, naturalisme, karena pada akhirnya menjadi idiologi utama pada negara-negara sosialis seperti Uni Soviet kini Rusia dan Republik Rakyat cina RRI. Matrealisme umumnya mengatakan bahwa di dunia ini tidak ada kecuali materi, atau bahwa nature alam dan dunia fisik adalah satu. Banyaknya pemikiran-pemikiran dari para ahli filsafat masa lampau yang menghasilkan banyak menghasilkan aliran dalam filsafat. Semua aliran yang didasari atas pemikiran yang mendalam tersebut dilatar belakangi oleh banyakfaktor yang tidak sama. Diantara sekian banyak aliran filsafat tersebut, satu diantaranya yaitu aliran Naturalisme. Aliran Naturalisme yang telah disebutkan seperti diatas, Naturalisme ini lahir pada abad ke-17 dan mengalami perkembangan pada abad ke-18. Naturalisme dalam penerapan aliran pembelajaran atau pendidikan mengajarkan bahwa guru paling alamiah dari seorang anak adalah kedua orang tuanya. Dimensi utama dan pertama dari pemikiran aliran Naturalisme di bidang pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam. Manusia diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk, karena kemampuanya dalam berfikir. Peserta didik harus dipersiapkan kepada dan untuk TUHAN. Untuk itu pendidikan yang signifikan dengan pandanganya adalah Pendidikan ketuhanan, budi pekerti dan Intelektual. Pendidikan tidak hanya sebatas untuk menjadikan seseorang mau belajar, melainkan juga untuk menjadikan seseorang lebih arif dan bijaksana. Oleh karena itu, pendidikan bagi penganut paham naturalis perlu di mulai sejak jauh hari sebelum proses pendidikan dilaksanakan. Sekolah merupakan dasar utama keberadaan aliran naturalisme dalam pembelajaran karena belajar merupakan sesuatu yang natural,oleh karena itu fakta bahwa hal itu memerlukan pengajaran juga merupakan sesuatu yang natural juga. Paham naturalisme memandang guru tidak mengajar subjek, melainkan mengajar murid. Tokoh filsafat pendidikan Naturalisme adalah John Dewey, disusul oleh Morgan Cohen yang banyak mengkritik karya-karya Dewey. Baru kemudian muncul tokoh-tokoh seperti Herman Harrell Horene, dan Herbet Spencer yang menulis buku berjudul Education Intelectual, Moral, and Physical. Terdapat 5 lima tujuan pendidikan paham naturalisme yang sangat terkenal yang diperkenalkan Harbert Spencer melalui esai-esainya yang terkenal berjudul “Ilmu Pengetahuan Apa Yang Paling Berharga?” Kelima tujuan itu adalah 1 Pemeliharaan diri 2 Mengamankan kebutuhan hidup 3 Meningkatkan anak didik 4 Memelihara hubungan sosial dan politik 5 Menikmati waktu luang Spencer juga menjelaskan 6 enam prinsip dalam proses pendidikan beraliran naturalisme. Delapan prinsip tersebut adalah 1 Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan alam 2 Proses pendidikan harus menyenangkan bagi anak didik 3 Pendidik harus berdasarkan spontanitas dari aktivitas anak 4 Memperbanyak ilmu pengetahuan merupakan bagian penting dalam pendidikan 5 Pendidikan dimaksudkan untuk membantu perkembangan fisik, sekaligus otak 6 Praktik mengajar adalah seni menunda 7 Metode intruksi dalam mendidik menggunakan cara induktif 8 Hukuman dijatuhkan sebagai konsekuensi alam akibat melakukan kesalahan. Kalaupun dilakukan hukuman, hal itu harus dilakukan secara sistematik. PENUTUP KESIMPULAN Aliran naturalisme memandang bahwa manusia diciptakan agar dapat belajar dan berfikir untuk kembali kepada penciptaNya, dalam hal ini implikasi di dunia nyata bahwa proses pendidikan dilakukan dengan berafiliasi kepada prinsip keTuhanan. Implikasi di bidang pendidikan terhadap aliran naturalisme memandang bahwa sekolah merupakan hal utama yang akan mengembankan proses belajar tiap peserta didik untuk dapat menemukan dan mengembangkan kepribadiannya dengan memperhatikan kerakteristik dan perkembangan alam yang ada. Kelebihan utama aliran ini indi adalah penghargaannya yang tinggi terhadap alam , termasuk anak yang lahir secara alamiah akan cenderug baik. Paham ini bisa melahirkan manusia-manusia yang demokratis, sebab segala sesuatu dikembalikan pribadi masing-masing. Oleh Subek Sarisih_PBSI-A_ STKIP PGRI Pacitan Navigasi tulisan ide kita untuk kita
1Yang tidak termasuk aliran aliran klasik dalam pendidikan adalah. A.Aliran Naturalisme. B.Aliran Nativisme. C.Aliran Progresivisme. D.Aliran Konvergensi (das ich), dan super ego (das uber ich). Jelaskan apa yang dimaksud dengan ketiga komponen tersebut! Berikan contoh dalam kehidupan sehari-hari terkait ketiga komponen tersebut! 8
PENERAPAN ALIRAN NATURALISME DALAM PEMBELAJARAN OlehBowo Dwi Nurcahyono PENDAHULUAN Sistem Pendidikan adalah langkah utama dalam menembuhkan Potensi Manusia agar menjadi Dewasa, Beradab, Normal. Dalam pendidikan beberapa tokoh berkata Sistem Pembelajaran yang bai kdilakukan secara Naturalisme yaitu pemikiranatau system belajar yang benar adalah dengan system alami dari mereka yang masih mengalami masa pembelajaran ,utamanya anak-anak yang masih dalam masa berkembang .Tahap ini adalah teori yang baik dalam proses pembelajaran karena semua hal yang dilakukan oleh peserta didik dilakukan tanpa tekanan, yang tentunya dengan bimbingan seorang pendidk. Jadi peserta dalam berfikirnya dengan teori naturalisme,berfikir secara natural atau alami. KONSEP DASAR Sistem Pendidikan ini sudah terencana dan di sengaja dalam Program Pemrintahan, yang bertujuan mencerdaskan bangsa ,menjadikan bangsadan membantu mencerdaskan anakbangsa, membangun potensi anak dan membantu perkembang anak anak bangsa agar bermanfaat didalam masyarakat maupun fungsi bagi diri sendiri sebagai individual yang akan bergabung dan berinteraksi deengan individual yang lainya tentu dengan kemampuan yang berbeda-beda dan pasti membutuhkan, saling melengkapi dengan bidang materi yang diplih sesuai yang diinginkan dan sesuai bidang yang menjadi kemampauan dasar maupun kemampuan setelah jenjang pendidikan selesai. SEJARAH Teori ini pada akhir abad kedelapan belas dan awal berabad-abad ke sembilan belas, naturalisme dalam pendidikan telah dinyatakan oleh Jean Jacques Rosseau Dan Johann Heinrich Pestalozzi, dalam beberapa sumber mengatakan bahwa paham teori naturalisme ini adalah oleh sebagian orang atau pendapat beberapa orang ,teori naturalisme dalam pendidkan dinyatakan teori pembaharuan dalam pendidikan. seorang bapak dari Amerika yang mempunyai paham Progressivisme , menekankan belajar alamiah di masa anak-anak, dengan metode darmawisata, alamiah yang dipelajari langsung. Pengalaman berhubungan dengan perasaan sebagai basis untuk belajar di masa datang yang berarti bahwa anak-anak mempunyai pengalaman dengan object di dalam lingkungan. Melalui aktivitas dan kegiatan, mereka diharapkan untuk aktif berhadapan dengan kegiatan tersebut, dan dalam melaksanakan eksperimen sehingga didapatkan kesamaan pemahaman tentang lingkungan tersebut. William Heard Kilpatrick 1871- 1965, ANALIS Menurut Filosufasal Perancis, 1712-1778 tentang aliran teori Naturali sme dalam PendidikanYaitu Rousseau. Rousseau berpendapat dalam bukunya Emile bahwa “Semua adalah baik pada waktunya datang dari tangan Sang Pencipta, tetapi semua menjadi buruk ditangan manusia”. Maksut dari pendapat Rousseau tadi, yaitu semua anak yang baru lahir di ciptakan dengan pembawaan yang baik, tidak ada satu anakpun yang buruk sikap dan budi, pekertinya saat baru pembawaan seorang anak yang baik sejak di lahirkan tersebut akan menjadi buruk atau rusak oleh tangan arti buruk atau rusak karena system pendidikan yang diberikan kepada anaka tersebut sehingga menjadikan anak dengan pembawaan yang buruk. Di dalam pendapat Rousseau berisikan kita harus membiarkan anak berkembang dengansen dirinya dalam arti, dalam pemahaman pendidikan kita hanya boleh member pengarahan dan motifasi kedalam anak, sehingga anak berkembang secara alami sesuai dengan kemampuan berfikirnya berkembang secara natural alamiah tidak ada unsure pemaksaan yang terjadi sehingga tidak menjadikan anak tertekan dan terpaksa sehingga memberikan efek beban yang memungkinkan terjadi hal yang tidak diinginkan hal-hal buruk yang akan diperbua toleh seorang anak tersebut yang merugikan dirinya sendiri maupun diri orang lain. Kemudian untuk pemaparan yang dimaksud, seorang anak yang baik sejak di lahirkan tersebut akan menjadi buruk atau rusak oleh tangan manusia, yaitu anak akan menjadi buruk pembawaanya karena salah dalam pembibingan atau pengarahan yang dilakukan yang mengakibatkan anak berkembang tidak secara Natural atau secara alamiah tetapi dengan unsur pemaksaan pendidikan yang menjadikan anak tidak bisa berkembang sesuai dengan kemampuan dan bidang sertapotensi yang dimiliki anak tersebut. Dalamteorinya Reosseu ingin menjauhkan anak dari segala keburukan sifat dari masyarakat sekitar yang serba dibuat-buat atau bersifat “artificial” senhingga membiarkan untuk anak kembali kesifat aliminya dalam arti sifat yang menjadi pembawaan dari lahir tanpa ada pengaruh dari lingkungan. Rousseau menginginkan anak didik dapat menjauh dari sifat dibuat-buat artificial dan dapat anak kembali ke alam mempertahankan sifat alaminya atau naturalnya seperti apa yang telah diciptakan oleh Sang Pencipta sejak merka lahir. PENUTUP Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan yang berhasil ,yaitu sistem pendidikan yang dijalankan dengan sifat naturalisme atau dengan metode alamiah yang mengutamakan perkenbangan pemikiran seorang siswa terhadap sistem berfikirnya sehingga tidak merusak sistem perkembangan atau masa-masa pertumbuhan pada anak-anak. Sehingga dalam metode ini tidak akan mempengarui sifat buruk yang ditimbulkan dari lingkungan atau masyarakat sekitar .Anak-anak akan bisa tumbuh alami seperti sifat asli pembawaan dari sang pencipta seperti yang dikemukakan oleh DAFTAR PUSTAKA “teori-naturalisme “.Kumpulanmakalah. Online WWW. Di akses pada 19 oktober 2013 *Bowo Dwi Nurcahyono, penulis adalah mahasiswa STKIP PGRI Pacitan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia kelas A. Makalah ini disusun guna memenuhi sebagian tugas Individu pada mata kuliah Ilmu Pengantar Pendidikan tahun akademik 2013/2014 dengan dosen pengampu Afid Burhanuddin,
Aliranaliran klasik meliputi aliran, nativisme, naturalisme, empirisme dan konvergensi merupakan benang merah yang menghubungkan pemikiran-pemikran poendidikan masa lalu, kini, dan mungkin yang akan datang. Tujuan pendidikan dalam aliran ini adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan
Source Filosofi naturalisme dalam pendidikan merupakan pandangan bahwa semua yang ada di alam semesta ini merupakan hal yang dianggap sebagai sumber pengetahuan dan nilai-nilai pendidikan. Naturalisme sangat erat kaitannya dengan pemikiran bahwa manusia adalah bagian dari alam dan segala aspek dalam kehidupan manusia dapat dipahami melalui observasi dan pengamatan secara alami. Dalam hal ini, naturalisme menganggap bahwa belajar tidak hanya dilakukan melalui proses akademis yang formal, tetapi juga melalui pengalaman. Naturally, pemikiran filosofi naturalisme ini sangat mempengaruhi dunia pendidikan di Indonesia. Artinya, dalam sistem pendidikan Indonesia, naturalisme menjadi landasan falsafah bagi para pendidik. Melalui pendekatan naturalisme, pendidikan di Indonesia tidak lagi ditekankan pada penerapan pengetahuan, namun juga pada pengalaman belajar langsung. Oleh sebab itu, pendidikan di Indonesia saat ini seringkali diterapkan secara praktis dan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan aliran naturalisme dalam pendidikan di Indonesia berkembang karena sistem pendidikan Indonesia sedang mengalami perubahan dari sistem pendidikan yang teoritis kepada sistem pendidikan yang praktis. Oleh sebab itu, dalam pengaplikasiannya, aliran naturalisme sangat mendukung metode pembelajaran aktif dan penggunaan materi dan sumber daya manusia yang ada di sekitar kita sebagai sumber pengetahuan. Contoh penggunaan aliran naturalisme dalam pendidikan adalah dengan pengajaran yang menekankan pada eksperimen dalam pembelajaran sains, memanfaatkan keadaan eksisting dalam lingkungan hidup sebagai bahan pengajaran, dan juga pengajaran berbasis masalah. Ada beberapa hal yang menjadi kunci dalam penerapan aliran naturalisme dalam sistem pendidikan Indonesia. Salah satu hal yang paling penting adalah dukungan dari lingkungan sekitar. Karena naturalisme cenderung menekankan pada pengalaman langsung sebagai pengajaran, maka lingkungan sekitar harus siap untuk mendukung hal ini dengan cara menghadirkan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran seperti lingkungan alam, perpustakaan, taman, dan kegiatan komunitas. Selain itu, pihak sekolah juga harus memperhatikan kualifikasi guru. Sudah selayaknya, para guru yang akan menerapkan aliran naturalisme dalam pendidikan harus memiliki kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang memadai untuk mengaplikasikan metode pengajaran yang diusung. Guru harus memahami cara untuk memberikan pengalaman belajar yang menarik dengan efektif, serta bersedia melakukan riset untuk mengadaptasi metode yang lebih baik dan tepat guna. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, penerapan aliran naturalisme memang sulit untuk diterapkan secara keseluruhan. Terlebih lagi dalam menghadapi kenyataan bahwa pendidikan di Indonesia masih terkendala oleh permasalahan seperti perbedaan budaya, kuantitas murid yang berlebih, kurangnya dana dan sumber daya, dan juga miskomunikasi antara guru dan murid. Namun, dari segi prinsip yang diterapkan, aliran naturalisme dalam pendidikan merupakan upaya yang tepat untuk menata arah pendidikan ke depan, dimana pendidikan tidak sekadar menjadi proses menghafal dan menjalankan teori, tetapi juga proses menimba pengalaman secara langsung. Dalam kesimpulannya, melalui artikel ini dapat disimpulkan bahwa filosofi naturalisme dalam pendidikan sangat penting untuk diterapkan. Aliran naturalisme yang dijadikan sebagai dasar dalam sistem pendidikan Indonesia membuat murid menjadi lebih mengenal lingkungan yang mengelilinginya dan membuat pengalaman belajar menjadi lebih seru. Namun, perlu dipahami bahwa sistem pendidikan di Indonesia masih memerlukan waktu dan usaha untuk diubah secara tuntas. Harapan ke depannya ialah pemerintah dan lembaga pendidikan harus bekerja sama untuk melaksanakan aliran naturalisme dalam pendidikan sehingga semua pihak, baik guru maupun murid, terlibat aktif dalam proses pembelajaran yang sangat dinamis dan menarik. Ciri-ciri aliran naturalisme dalam pendidikan Aliran naturalisme dalam pendidikan merupakan suatu ideologi yang percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini berasal dari alam. Ideologi ini menekankan pentingnya interaksi antara manusia dan alam sebagai dasar bagi pendidikan. Berikut adalah ciri-ciri aliran naturalisme dalam pendidikan di Indonesia. 1. Pengalaman Aliran naturalisme dalam pendidikan menempatkan pengalaman sebagai fokus utama dalam keseluruhan proses pendidikan. Pengalaman yang diperoleh oleh siswa melalui lingkungan sekitar mereka dianggap lebih penting daripada apa yang mereka pelajari dari buku atau tugas. Melalui pengalaman ini, siswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang relevan dan bermanfaat bagi kehidupan mereka. 2. Pembelajaran yang aktif Ciri lain dari aliran naturalisme dalam pendidikan adalah pembelajaran yang aktif. Melalui pembelajaran yang aktif, siswa diajak untuk terlibat secara langsung dalam proses belajar-mengajar. Mereka diberikan kesempatan untuk melakukan praktik langsung, melakukan eksperimen, serta mengeksplorasi lingkungan sekitar mereka secara aktif. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa memahami lebih baik konsep yang diajarkan, serta meningkatkan minat dan motivasi mereka dalam proses belajar. 3. Pembelajaran berbasis inkuiri Sesuai dengan fokus pada pengalaman dan pembelajaran yang aktif, aliran naturalisme dalam pendidikan juga menekankan pentingnya pembelajaran berbasis inkuiri. Dalam pembelajaran berbasis inkuiri, siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam mencari jawaban melalui eksplorasi dan eksperimen. Mereka bertanggung jawab untuk mengembangkan hipotesis, melakukan pengamatan, dan menarik kesimpulan. Dalam hal ini, guru berperan sebagai fasilitator dan membantu siswa dalam proses belajar mereka. 4. Keterkaitan antara proses pembelajaran dengan lingkungan sekitar Aliran naturalisme dalam pendidikan menekankan pentingnya keterkaitan antara proses pembelajaran dengan lingkungan sekitar. Dalam konteks ini, lingkungan sekitar diberikan peran sebagai sumber belajar. Siswa diajak untuk memahami keterkaitan antara diri mereka dengan lingkungan sekitar, serta memahami dampak yang ditimbulkan oleh tindakan mereka terhadap lingkungan. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan sikap peduli terhadap lingkungan dan memahami pentingnya menjaga alam. 5. Kebutuhan anak sebagai fokus pembelajaran Terakhir, ciri-ciri aliran naturalisme dalam pendidikan adalah fokus pada kebutuhan anak sebagai fokus pembelajaran. Aliran naturalisme dalam pendidikan memahami bahwa setiap anak memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, dan perlu disesuaikan dengan gaya pembelajaran mereka. Oleh karena itu, pendekatan personalisasi digunakan untuk membantu siswa memahami bukan hanya apa yang perlu mereka pelajari, tetapi juga bagaimana mereka belajar dengan cara yang paling efektif dan menyenangkan bagi mereka. Demikianlah beberapa ciri-ciri aliran naturalisme dalam pendidikan yang diterapkan di Indonesia. Ideologi ini dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan dan sikap yang relevan untuk kehidupan mereka di masa depan, serta membantu siswa memahami pentingnya menjaga alam dan menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. Pembelajaran dan pengajaran dalam aliran naturalisme Aliran naturalisme dalam pendidikan adalah suatu aliran yang memandang bahwa pendidikan harus berorientasi pada alam dan lingkungan sekitar. Aliran ini menyadari bahwa manusia tidak bisa dipisahkan dari alam dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, pendidikan harus memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan sekitar sebagai bahan pengajaran agar anak-anak dapat memahami dan menghargai alam serta lingkungan sekitarnya. Dalam aliran naturalisme, pembelajaran dan pengajaran harus difokuskan pada pengamatan dan eksplorasi alam. Dalam hal ini, pendidikan harus dilakukan secara langsung dengan melibatkan anak-anak dalam kegiatan di alam terbuka. Aktivitas yang dapat dilakukan seperti memancing, menanam pohon, menanam sayuran, mengamati binatang, dan lain sebagainya. Kegiatan ini akan memberikan pengalaman belajar yang lebih nyata dan menyenangkan bagi anak-anak. Dalam pembelajaran dan pengajaran aliran naturalisme, guru harus menjadi fasilitator pembelajaran. Artinya, guru harus lebih mengarahkan dan memfasilitasi anak-anak dalam melakukan kegiatan di alam terbuka. Guru harus menstimulasi imajinasi anak-anak, membangkitkan rasa ingin tahu, dan memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mengeksplorasi alam secara mandiri. Dalam hal ini, guru tidak lagi menjadi pemberi materi saja, tetapi menjadi fasilitator pembelajaran yang mengarahkan anak-anak dalam menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Dalam aliran naturalisme, pembelajaran dan pengajaran juga harus mengintegrasikan mata pelajaran. Misalnya, ketika anak-anak menanam sayuran, mereka akan mempelajari tentang aspek biologi, misalnya bagaimana cara tumbuhan tumbuh, bagaimana proses fotosintesis terjadi, dan juga tentang aspek sosiologi seperti bagaimana manusia merawat alam dan memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak. Dengan cara ini, anak-anak akan membentuk pemahaman yang lebih utuh tentang alam dan lingkungan. Dalam aliran naturalisme, penggunaan teknologi dalam pembelajaran tidak terlalu diprioritaskan. Sebaliknya, penggunaan teknologi harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak-anak. Misalnya, ketika melakukan penelitian tentang tumbuhan, anak-anak tidak perlu menggunakan teknologi canggih. Cukup dengan menggunakan kertas, pensil, dan alat pengukur sederhana, mereka sudah dapat mempelajari banyak hal tentang tumbuhan itu sendiri. Selain itu, dalam pembelajaran dan pengajaran aliran naturalisme juga harus memperhatikan karakteristik individu anak-anak. Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan pada dasarnya punya cara belajar yang unik. Oleh karena itu, pembelajaran harus dapat menyesuaikan dengan karakteristik individu anak-anak. Dalam hal ini, guru harus lebih peka dan mencoba untuk memahami karakteristik setiap individu anak dan memberikan pendekatan yang berbeda-beda pada setiap individu. Dalam aliran naturalisme, evaluasi pembelajaran dilakukan secara berkelanjutan. Evaluasi dilakukan dengan cara mengamati perkembangan anak-anak dalam melakukan kegiatan di alam terbuka, memperhatikan kemampuan mereka dalam berinteraksi dengan alam, dan mengamati bagaimana karakteristik individu masing-masing terbentuk. Evaluasi ini dilakukan secara tidak langsung, yaitu melalui hasil kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak. Dalam kesimpulannya, pembelajaran dan pengajaran dalam aliran naturalisme mengajarkan anak-anak tentang cara berinteraksi dengan alam dan lingkungan sekitar sebagai sumber daya belajar. Dalam hal ini, anak-anak diharapkan memiliki pemahaman yang lebih utuh tentang alam serta lingkungan dan menghargainya sebagai kehidupan yang harus dijaga keberlangsungannya. Guru juga diharapkan dapat berperan sebagai fasilitator pembelajaran yang mengarahkan anak-anak dalam menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Selain itu, evaluasi dalam pembelajaran aliran naturalisme dilakukan dengan cara mengamati karakteristik individu anak dan perkembangan mereka dalam berinteraksi dengan alam. Kelebihan dan Kekurangan Aliran Naturalisme dalam Pendidikan Aliran naturalisme dalam pendidikan adalah pandangan bahwa pendidikan harus berpusat pada siswa, lingkungan alami, dan pengalaman individu. Ini berbeda dengan pendekatan tradisional yang lebih berpusat pada kurikulum dan metode pengajaran yang terstruktur. Sebagai pendekatan alternatif, aliran naturalisme memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pendidikan di Indonesia. Kelebihan Satu kelebihan dari aliran naturalisme adalah bahwa siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran mereka. Seorang siswa yang mempelajari aliran naturalisme akan belajar melalui pengalaman, praktik, dan pengamatan dalam lingkungan alami. Dengan demikian, siswa akan lebih terlibat dalam proses pembelajaran dan berpartisipasi aktif dalam kelompok belajar mereka. Aliran naturalisme juga memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan hidup yang lebih bermanfaat. Sebagai contoh, siswa yang mempelajari pertanian dalam aliran naturalisme akan belajar cara menanam tanaman, mengelola lingkungan alami, serta mengumpulkan dan memanfaatkan hasil panen. Ini adalah keterampilan penting yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan mempersiapkan siswa untuk peran hidup dalam lingkungan. Kelebihan lain dari aliran naturalisme adalah mempromosikan kemandirian siswa. Dalam aliran ini, siswa akan belajar dengan mengambil inisiatif dan tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Hal ini dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih dalam dan lebih aktif, seiring mereka merasa memiliki kendali atas proses pembelajaran mereka sendiri. Kekurangan Salah satu kekurangan dari aliran naturalisme adalah kurangnya struktur dalam pembelajaran. Dalam aliran naturalisme, siswa diberi kebebasan untuk menentukan sendiri cara mereka belajar dan menentukan pengalaman dan pengamatan mereka sendiri, yang dapat menyebabkan kurang terarahnya proses pembelajaran. Dalam beberapa kasus, siswa mungkin kehilangan fokus saat belajar atau kehilangan arah pembelajaran yang jelas. Kekurangan lain dari aliran naturalisme adalah kurangnya kurikulum yang terpusat pada akademik. Dalam aliran ini, pengajaran lebih berpusat pada pengalaman dan praktik yang bersifat praktis, seperti pertanian atau kerajinan. Namun, tidak semua keterampilan akademik yang diperlukan untuk kehidupan modern tercakup dalam kurikulum ini. Dalam konsekuensinya, siswa mungkin kesulitan untuk meraih tujuan akademik yang diperlukan pada tahap berikutnya. Terakhir, kekurangan aliran naturalisme yang terakhir adalah biaya yang tinggi dalam pendidikan. Aliran naturalisme memerlukan perlengkapan dan peralatan yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran. Peralatan seperti tanah subur, bibit tanaman, atau alat pertukangan dapat menjadi sangat mahal, sehingga tidak semua institusi pendidikan mampu menyediakannya. Ini dapat menjadi hambatan bagi institusi pendidikan dengan sumber daya terbatas untuk mengadopsi aliran naturalisme dalam pembelajaran mereka. Kelebihan dan kekurangan aliran naturalisme dalam pendidikan harus dipertimbangkan dengan cermat sebelum didasarkan pada bentuk pembelajaran mana yang harus dipilih. Bagi institusi pendidikan yang mencoba mengimplementasikan aliran naturalisme, hal itu harus dilakukan dengan mempertimbangkan tiga kekurangan sebagai hambatan untuk menemukan cara yang efektif untuk memastikan siswa pada jalur pembelajaran yang tepat. Contoh penerapan aliran naturalisme dalam kurikulum pendidikan di Indonesia Aliran naturalisme dalam pendidikan adalah pendekatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendukung perkembangan alami anak dalam belajar dan mengembangkan keterampilan berpikir yang kritis. Aliran ini berfokus pada penggunaan proses belajar yang alami tanpa banyak gangguan dari pengaruh luar dan tekanan dari lingkungan sosial. Pada praktiknya, terdapat beberapa contoh penerapan aliran naturalisme dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Berikut penjelasannya 1. Pembelajaran yang Menggunakan Metode Observasi Salah satu contoh penerapan aliran naturalisme dalam kurikulum pendidikan di Indonesia adalah pembelajaran yang mengedepankan metode observasi. Dalam metode ini, anak diajak untuk belajar melalui pengamatan terhadap objek atau hal yang sedang mereka amati. Misalnya, ketika membahas materi biologi, anak akan lebih banyak melihat dan mengamati langsung organisme seperti hewan dan tumbuhan daripada hanya mendengarkan teori dalam buku pelajaran. 2. Fokus pada Kemampuan Anak dalam Menggali Pengetahuan Contoh penerapan aliran naturalisme lainnya adalah dengan memberikan fokus pada kemampuan anak dalam menggali pengetahuan secara mandiri. Anak diberikan kebebasan untuk menentukan apa yang ingin dipelajari dan bagaimana caranya untuk mempelajarinya. Hal ini mengedepankan penguatan kemampuan kognitif dan regulasi diri anak dalam belajar. 3. Metode Pembelajaran yang Dilakukan di Luar Kelas Untuk mewujudkan aliran naturalisme, metode pembelajaran juga dapat dilakukan di luar kelas. Anak diizinkan untuk melakukan eksplorasi di lingkungan sekitar dan memperoleh pengalaman baru. Contohnya, ketika memberikan pelajaran sejarah, anak diajak untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan belajar langsung dari sumbernya. 4. Model Pembelajaran Kolaboratif Aliran naturalisme juga diterapkan melalui model pembelajaran kolaboratif yang memberikan kesempatan pada anak untuk bekerja sama dengan teman-temannya dalam memecahkan masalah. Dalam model ini, guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam membantu anak mengikuti alur pembelajaran. Dalam pembelajaran kolaboratif, diharapkan anak akan mengembangkan kemampuan sosial dan keterampilan berpikir kritis. 5. Penggunaan Media Digital untuk Mendukung Pembelajaran Aliran naturalisme juga dapat dikombinasikan dengan penggunaan media digital untuk mendukung prestasi belajar anak. Salah satu contohnya adalah dengan memberikan akses pada anak untuk memperoleh informasi dari internet. Dalam hal ini, guru harus memperhatikan materi yang relevan dan benar-benar dibutuhkan oleh anak untuk menghindari dampak negatif seperti kecanduan gadget. Secara keseluruhan, penerapan aliran naturalisme dalam kurikulum pendidikan di Indonesia membawa efek positif dalam perkembangan anak dan keberhasilan dalam belajar. Namun, tetap memerlukan pemahaman yang baik dari pendidik dalam menjalankannya sehingga tidak menimbulkan dampak negatif pada anak.
J Aliran Filsafat Pendidikan Eksistensialisme, 95 BAB 4 PERANAN, FUNGSI DAN PENDEKATAN FILSAFAT DALAM MEMECAHKAN MASALAH PENDIDIKAN, 99 A. Pendahuluan, 99 B. Peranan Filsafat Dalam Pendidikan, 101 C. Fungsi Filsafat Dalam Pendidikan, 112 D. Pendekatan Filsafat Dalam Pendidikan, 115 E. Filsafat dan Tujuan Pendidikan, 124
Dipublikasikan sreg 8 Maret 2022. Denotasi Makulat Naturalisme Sebelum meributkan bertambah jauh adapun keseleo satu jenis filsafat ini, yaitu makulat naturalisme, ada sebuah kutipan yang mengantarkan pada sebuah pemahaman tentang sebab munculnya filsafat. Dalam buku Adverbia dikutip dari bukunya Hatta, Standard Pikiran Yunani 2012 14, ialah sebagai berikut “Tiap bangsa betapapun biadabnya, punya khayalan takhayul. Ada yang terjadi dari kisah perintang perian, keluar berpunca bacot basyar yang suka bercerita. Ada yang terjadi dari muslihat menakut-nakuti anak supaya engkau tidak nakal. Ada sekali lagi yang timbul dari kekaguman tunggul yang menjadi asal heran dan takut. Bersumber itu orang mengira alam ini penuh oleh dewa-dewa. Lama-kelamaaan timbul plural fantasi. Dengan fantasi itu makhluk dapat menyatukan ruhnya dengan umbul-umbul sekitarnya. Orang yang membuat fantasi itu tidak mau membuktikan legalitas fantasinya karena kepelesiran ruhnya terletak lega fantasinya itu. Tetapi kemudian ada orang yang ingin mengetahuinya selanjutnya. Diantaranya suka-suka orang yang tidak percaya, ada nan bersifat paham, lama-kalamaan timbul keinginan lega keabsahan. ….” Pecah kutipan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa asal-muasal munculnya filsafat mulai sejak pemikiran kritis khalayak terhadap cerita, kejadian yang dialami, maupun standard sekitarnya. Pemikiran tersebut berbeda-beda tiap manusia sehingga tercipta muara-estuari pemikiran nan farik-beda sekali lagi. Ada pemikiran yang bermuara pada ketuhanan “God sense” sehingga jawaban-jawaban atas pikiran kritis yang unjuk mengacu pada kebenaran yang berusul lega Tuhan. Ada pula pemikiran nan bermuara pada Earth centered atau berpatokan lega bendera, sehingga sesuatu yang bersumber bersumber alam alias yang sifatnya alami itu dianggap baik. Selain itu, ada pula pemikiran yang bermuara sreg Man-centered, beranggapan bahwa sesuatu nan baik itu bersendikan camar duka nan telah dialami maupun satu akibat. Berdasarkan hilir-estuari pemikiran tersebut, munculah berbagai aliran metafisika yang berpengaruh terhadap mandu pandang penganutnya serta berkontribusi segara terhadap gaya hidup serta prinsip hidupnya. Keseleo satu distribusi filsafat tersebut ialah “Metafisika Naturalis” yang berada di kawasan Earth centered. Faktualisme mempunyai beberapa konotasi, yaitu dari segi bahasa, Faktualisme berpunca dari dua kata, “Natural” artinya “Alami” dan “Isme” artinya “Tanggap”. Peredaran naturalisme boleh juga disebut bak “Reaktif Alami”. Maksudnya, bahwa setiap hamba allah yang terlahir ke marcapada ini pada dasarnya memiliki kecondongan atau pembawaan yang baik dan tidak terserah seorangpun terlahir dengan talenta yang buruk. Naturalisme merupakan teori nan menerima “nature” tunggul sebagai keseluruhan realitas. Istilah “nature” sudah dipakai intern metafisika dengan bermacam-variasi fungsi, menginjak pecah dunia fisik yang dapat dilihat oleh makhluk, sampai kepada sistem total berpunca fenomena ruang dan masa. Natura ialah dunia nan diungkapkan kepada kita oleh sains liwa. Istilah naturalisme adalah lawan dari istilah supernaturalisme yang mengandung penglihatan dualistik terhadap standard dengan adanya kekuatan yang ada wujud di atas ataupun di luar umbul-umbul Titus dalam makalah Ahmad, 2022. Naturalisme lahir pada abad ke-17 dan mengalami jalan plong abad ke-18. Naturalisme berkembang dengan cepat di bidang sains. Ia berpandangan bahwa “Learned heavily on the knowledge reported by man’s sense” pendedahan yang hebat kerumahtanggaan ilmu pengetahuan berasal berasal jalan angan-angan manusia. Aliran ini dipelopori oleh Rosseau, pemikir Perancis yang hidup pada musim 1712-1778. Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan memiliki talenta baik. Pembawaan baik akan menjadi kemungkus karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa, malar-malar dapat merusak pembawaan baik anak itu, sehingga sirkulasi ini cerbak disebut negativisme. Selain Rosseau, ada juga Plato dan Aristoteles yang menganut paham yang sama. Plato bertimbang pandang Tafsir, 2022 58-59 bahwa ajaran idea nan absolusi dari alamat, nan berada di tunggul idea, bukan hasil generalisasi. Idea itu umum, berarti berlaku publik. Kamu berpendapat bahwa selain kebenaran yang umum itu terserah kebenaran yang unik, yaitu “kongkretisasi” idea di kalimantang ini. Contoh, “kucing” di alam idea berlaku umum ataupun kebenaran umum, sedangkan “kucing hitam di rumah saya” adalah kucing yang khusus. Pentolan lain adalah Aristoteles. Ia tercantum tokoh metafisika yang rasional. Pemikiran filsafatnya makin maju karena sumber akar-dasar sains diletakkan. Ia berpendapat bahwa makhluk hidup di dunia ini terdiri atas dua prinsip, yaitu prinsip matter dan form. Matter memberikan substansi sesuatu, sedangkan form memberikan pembungkusnya. Form disebut juga materi yaitu badan, sementara itu matter disebut pun rohani. Badan material manusia tentu mati, padahal yang memberikan rencana kepada materi adalah jiwa. Atma manusia n kepunyaan beberapa fungsi yaitu memasrahkan roh vegetatif seperti mana jiwa tumbuh-tanaman, lalu memberikan usia labil watak seperti mana jiwa sato risikonya membuat hayat intelektif. Makanya karena itu jiwa intelektif anak adam mempunyai hubungan baik dengan dunia materi maupun dengan bumi rohani, maka Aristoteles membedakan antara putaran akal busuk budi yang pasif dan bagian akal karakter yang aktif. Fragmen akal budi nan pasif berhubungan dengan materi, dan episode akal budi yang yang aktif berhubungan dengan rohani. Mayer dalam Tafsir 2012 61 memberikan eksemplar lainnya, ajun pada Tuhan. Tuhan dicapai dengan akal, tetapi ia percaya pada Tuhan. Tuhan itu menurut Aristoteles berhubungan dengan dirinya sendiri. Anda lain berhubungan tidak mempedulikan dengan kalimantang ini. Anda enggak persona. Bersendikan beberapa pandangan tersebut, penulis berkesimpulan bahwa filsafat peredaran naturalisme ini serupa itu menjunjung panjang alam seumpama sarana terdahulu dalam semangat individu, tambahan pula Almalik juga diyakini enggak ada hubungannya maupun tidak peduli dengan tunggul. Guri legalitas bersandar lega pemikiran ilmiah yang dapat dibuktikan kebenarannya secara substansial. Implikasi Filsafat Naturalisme internal Pendidikan Berbagai aliran metafisika ini memengaruhi berbagai macam bidang kerumahtanggaan kehidupan termasuk meres pendidikan. Pendidikan adalah tempat yang memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter seseorang, baik pendidikan dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan pendidikan sahih. Adapun naturalisme kerumahtanggaan filsafat pendidikan mengajarkan bahwa guru paling saintifik dari koteng anak adalah kedua orang tuanya. Oleh karena itu, pendidikan lakukan penyanjung paham naturalis perlu dimulai jauh masa sebelum proses pendidikan dilaksanakan. Sekolah merupakan asal utama dalam keberadaan aliran filsafat naturalisme karena belajar merupakan sesuatu yang natural. Paham realisme memandang guru tak mengajar subjek, melainkan mengajar petatar. Spencer Wakhudin dalam makalah Ahmad, 2022 juga menjelaskan tujuh prinsip dalam proses pendidikan beraliran naturalisme, adalah Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan alam; Proses pendidikan harus menyenangkan bagi anak asuh didik; Pendidikan harus berdasarkan spontanitas dari aktivitas anak; Memperbanyak guna-guna wara-wara merupakan bagian penting dalam pendidikan; Pendidikan dimaksudkan untuk membantu kronologi awak, sewaktu pencetus; Praktik mengajar adalah seni menunda; Metode instruksi dalam ki menggarap menggunakan cara induktif; hukuman dijatuhkan misal konsekuensi umbul-umbul akibat melakukan kesalahan. Kalaupun dilakukan hukuman, kejadian itu harus dilakukan secara simpatik. Realisme mempunyai tiga prinsip adapun proses pembelajaran dan Aminuddin R. n domestik makalah Ahmad, 2022, ialah Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan pengalaman di privat dirinya secara alami. Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik berperan sebagai fasilitator, menyisihkan lingkungan yang mampu menolak keberanian momongan ke jihat rukyat nan nyata dan perseptif terhadap kebutuhan bikin memperoleh bimbingan dan sugesti semenjak pendidik. Serta memberikan tanggung jawab belajar pada diri anak tuntun sendiri. Acara pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan talenta dengan menyediakan lingkungan belajar nan beorientasi pada pola belajar anak pelihara. Anak bimbing diberi kesempatan menciptalan lingkungan belajarnya koteng. Dengan demikian, rotasi naturalisme menitikberatkan pada strategi pengajian pengkajian nan berkepribadian paedosentris, artinya, faktor kemampuan anak didik menjadi muslihat kegiatan proses membiasakan dan mengajar. Nampaknya, perseptif rotasi naturalis, ketika ini diterapkan n domestik kurikulum baru yang sedang digulirkan maka dari itu pemerintah, yaitu kurikulum 2022. Dalam kurikulum 2022 ini proses pendekatan proses penerimaan berupa pendekatan alamiah. Intinya, pendekatan tersebut menekankan pada penggalian potensi-potensi siswa atau dikenal dengan istilah student centered, namun tanpa mengabaikan lingkaran utama pendidikan yaitu prinsip religius. Peran guru sejauh proses pembelajaran belaka misal penatar, fasilitator, dan motivator bagi pelajar. Dengan pendekatan tersebut, diharapkan bisa terpelajar generasi-generasi berakhlak baik, aktif sebagai pelopor, dan berlimpah dalam menciptakan inovasi-terobosan. Sebelum terlahir kurikulum baru, mandu naturalis ini sebetulnya sudah berimplikasi dalam pendidikan, namun hanya hingga pendidikan di luar daerah. Seperti halnya Bobby The Potter yang menyulut arketipe pendidikan Quantum Learning. Ia menjadikan umbul-umbul sebagai palagan pendedahan. Peserta didik dengan bebas mengeksplorasi segala apa yang mereka tatap, tangkap suara, dan rasakan di kalimantang. Guru memangkalkan dirinya sebagai mitra pelajar didik dalam beranggar pena membereskan kelainan nan ditemukan di pan-ji-panji. Model pendidikan sama dengan itu terlampau sejadi diimplementasikan n domestik pembelajaran bahasa Indonesia sreg khususnya. REFERENSI Barnadib, Pendeta. 1997. Metafisika Pendidikan, Sistem, dan Metode. Yogyakarta Andi Offest. Tafsir, Ahmad. 2022. Filsafat Umum Akal geladak dan Lever Sejak Thales sampai Capra. Bandung Rosda. Referensi bacaan online Ahmad. 2022. “Kertas kerja tentang Filsafat Naturalisme”. Cawis privat . Mahfuzh, Hakiki. 2022. “Makulat Pendidikan Naturalisme, Teori, Implikasi, dan Aplikasinya n domestik Pendidikan Islam”. Tersuguh dalam .
SelayangPandang Implikasi Aliran Pendidikan Klasik ISSN-P: 2549-1725 Jurnal Komunikasi Pendidikan, vol. 1 (1) 2017, p: 33-44 33 SELAYANG PANDANG IMPLIKASI ALIRAN PENDIDIKAN KLASIK Meidawati Suswandari Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo Jl. Letjend. S. Humardani No.1 Sukoharjo E-mail: moetis_meida@yahoo.co.id
To achieve the objectives of learning in the classroom many things are needed, because the process is a complex phenomenon. One of the influences is the educator's understanding of the existence of students. Educators must know the views of various streams of education about students. This paper focuseses on nativism, empiricism, and convergence in understanding students. The flow of nativism holds that the development of students is determined from birth. This stream believes that human development is determined by its defenders. Environmental factors have less influence on children's education and development. Therefore, the results of education are determined by birth-born talent. The flow of empiricism assumes that children born into the world are like white paper. White paper will have patterns and writing that are scratched by the environment. Educators as external factors play a very important role, because educators provide an educational environment for children, and children will receive education as experience. This experience will shape the behavior, attitudes, and character of the child based on the educational goals. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free JURNAL IDAARAH, VOL. II, NO. 2, DESEMBER 2018 243 PESERTA DIDIK DALAM PANDANGAN NATIVISME, EMPIRISME, DAN KONVERGENSI MUSDALIFAH Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar Jl. HM. Yasin Limpo No. 36 Makassar Email gaffarmusdalifah Abstract To achieve the objectives of learning in the classroom many things are needed, because the process is a complex phenomenon. One of the influences is the educator's understanding of the existence of students. Educators must know the views of various streams of education about students. This paper focuseses on nativism, empiricism, and convergence in understanding students. The flow of nativism holds that the development of students is determined from birth. This stream believes that human development is determined by its defenders. Environmental factors have less influence on children's education and development. Therefore, the results of education are determined by birth-born talent. The flow of empiricism assumes that children born into the world are like white paper. White paper will have patterns and writing that are scratched by the environment. Educators as external factors play a very important role, because educators provide an educational environment for children, and children will receive education as experience. This experience will shape the behavior, attitudes, and character of the child based on the educational goals. Keywords Nativism, Empirism, Convergence PENDAHULUAN iantara komponen terpenting dalam pendidikan dalah peserta didik. Dalam perspektif pendidikan, peserta didik merupakan subyek dan obyek. Oleh karena aktivitas kependidikan tidak akan terlaksana tanpa keterlibatan peserta didik didalamnya. Pengertian yang utuh tentang konsep pserta didik merupakan salah satu fakor yang perlu diketahui dan dipahami oleh seluruh pihak khususnya yang terlibat secara langsung dalam pendidikan. Tanpa pemahaman yang utuh dan kompershensif terhadap peserta didik, sulit rasanya bagi pendidik untuk dapat menghantarkan peserta didiknya dalam tujuan yang diinginkan Nizar, 200247. Tujuan yang diinginkan tersebut dapat diaplikasikan dalam proses belajar/mengajar. Proses belajar/mengajar adalah fenomena yang komplek. Segala sesuatunya berarti, setiap kata, pikiran, tindakan dan asosiasi dan sampai sejauh mana kita mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung. Dalam hal ini pengaruh dari peran seorang pendidik sangat besar sekali. Dimana keyakinan seorang pendidik atau pengajar akan potensi manusia dan kemampuan semua peserta didik untuk belajar dan berprestasimerupakan suatu hal yang penting diperahtikan. Aspek-aspek teladan mental pendidik atau pengajar berdampak terhadap iklim belajar MUSDALIFAH 244 JURNAL IDAARAH, VOL. II, NO. 2, DESEMBER 2018 dan pemikiran peserta didik yang di ciptakan pengajar. Pengajar harus mampu memahami bahwa perasaan dan sikap peserta didik akan terlihat dan berpengaruh kuat pada proses belajarnya. Dalam paradigm pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi kemampuan dasar yang masih perlu dikembangkan. Di sini, peserta didik merupakan makhluk Tuhan yang memiliki Fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi rohaniah ia memiliki bakat, memiliki kehendak, perasaan dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan Langgulung, 200379. Dalam mempelajari perkembangan manusia diperlukan adanya perhatian khusus mengenal hal-hal sebagai berikut 1 Proses pematangan, khususnya pematangan fungsi kognitif. 2 Proses belajar. 3 pembawaan atau bakat. Ketiga hal-hal ini berkaitan erat satu sama lain dan saling berpengaruh dalam perkembangan kehidupan manusia tak terkecuali peserta didik Syah, 200843. Apabila fungsi kognitif, bakat dan proses belajar seorang peserta didik tersebut mengalami proses perkembangan kehidupan secara mulus. Akan tetapi, asumsi yang menjanjikan seperti ini sebenarnya belum terwujud, karena banyak faktor yang berpengaruh terhadap proses perkembangan peserta didik dalam menuju cita-cita bahagianya. Adapun mengenai faktor-faktor yang memepengaruhi perkembangan peserta didik, para ahli berbeda pendapat lantaran sudut pandang dan pendekatan mereka terhadap eksistensi peserta didik tidak sama. PEMBAHASAN Pandangan Pendidikan terhadap Peserta Didik Sebagaimana pemakalah kemukakan latar belakang diatas, bahwa peserta didik merupakan subyek dan obyek pendidikan. Pendidikan ibarat uang logam, selalu memiliki dua sisi yakni, satu pihak bertugas mengajar pendidik, sedangkan pihak lain tugasnya belajar peserta didik. Peserta didik merupakan salah satu dari dua sisi tersebut, yang memiliki tugas menerima konsep pendidikan Isa, 199479. Melalui paradigma di atas menjelaskan bahwa peserta didik merupakan subyek dan obyek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang lain pendidik untuk membantu mengarahkan mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta membimbingnya menuju kedewasaan. Sebab potensi itu tidak akan mengalami perkembangan yang optimal tanpa adanya bimbingan pendidik. Karena itu pemahaman terhadap peserta didik sangat perlu untuk diketahui oleh pendidik, karena melalui pemahaman tersebut akan membantu pendidik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya melalui berbagai aktivitas kependidikan. Karena itu perlu diperjelas beberapa diskripsi tentang hakekat peserta didik dan implikasinya menurut pendidikan Islam, yaitu PESERTA DIDIK DALAM PANDANGAN NATIVISME, EMPIRISME JURNAL IDAARAH, VOL. II, NO. 2, DESEMBER 2018 245 1. Peserta didik bukan merupakan meniatur orang dewasa, akan tetapi memiliki dunianya sendiri 2. Peserta didik adalah manusia yang memiliki diferensi prioderasi perkembangan dan pertumbuhan 3. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan baik yang menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi 4. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu differensisasi individual, baik yang disebabkan oleh faktor pembawaan maupun lingkungan dimana dia berada. 5. Peserta didik merupakan result dari dua unsur utama, yaitu jasmani dan rohani. Unsur jasmani memiliki daya fisik yang menghendaki latihan dan pembiasaan yang dilakukan melalui proses pendidikan. Sementara unsur rohaniah memiliki dua daya akal dan dan daya rasa. Untuk mempertajam daya akal, maka proses pendidikan hendaknya diarahkan untuk mengasa daya inteletualitasnya melalui ilmu-ilmu rasional. Adapun untuk mempertajam daya rasa dapat dilakukan melalui pendidikan akhlak dan Ibadah. Menurut penulis istilah daya sesuai dengan penemuan mutakhir daya-daya tersebut adalah kecerdasan intelektual IQ, kecerdasan emosional EQ dan kecerdasan Spritual SQ 6. Peserta didik adalah manusia memiliki potensi fitrah yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis Nizar, 200248-50. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perkembangan Peserta Didik Adapun mengenai faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan peserta didik, para ahli berbeda pendapat lantaran sudut pandang dan pendekatan mereka terhadap eksistensi peserta didik tidak sama. Untuk lebih jelasnya berikut ini pemakalah paparkan aliran-aliran yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik. Aliran Nativisme Tokoh aliran Nativisme adalah Schopenhauer. Ia adalah filosof Jerman yang hidup pada tahun 1788-1880. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor bahwa sejak lahir Syah, 200843. Konon juga dijuluki sebagai aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kacamata hitam Syah, 200843. Karena aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawannya. Aliran ini di dukung pendapatnya oleh aliran naturalisme yang dibidani oleh Rousseau yang berpendapat bahwa segala suci dari tangan Tuhan rusak ditangan manusia Banjari, 200827. Faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri. Nativisme berpendapat jika anak memiliki bakat jahat dari lahir, ia menjadi jahat dan sebaliknya jika nak memiliki bakat baik, MUSDALIFAH 246 JURNAL IDAARAH, VOL. II, NO. 2, DESEMBER 2018 ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri. Pandangan ini tidak menyimpan dari kenyataan. Misalnya, anak mirip orang tuanya secara fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat orang tua. Prinsipnya pandangan Nativisme adlah pengakuan tentang adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir kedunia, yaitu daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat hederiter serta kemampuan dasar lainnya yang kepastiannya berbeda dalam diri tiap manusia. Ada yang tumbuh dan berkembang sampai pada titik maksimal kemampuannya, dan ada pula yang sampai hanya pada titik tertentu. Misalnya, seorang anak yang berasal dari orang tua yang ahli seni music, akan berkembang menjadi seniman music yang mungkin melebihi kemampuan orang tuanya, mungkin juga hanya sampai pada setengah kemampuan orang tuanya. Coba simak cerita tentang anak manusia yang hidup dibawah asuhan serigala. Ia bernama Robinson Crussoe. Crussoe sejak bayi ia hidup deitengah hutan rimba yang belantara dan ganas, ia tetap hidup dan berkembang atas bantuan air susu serigala sebagai induknya. Serigala itu memberi Crussue makan sesuai selera serigala sampai dewasa. Akhirnya Crussue mempunyai gaya hidup, bicara, ungkapan bahasa, dan watak seperti serigala, padahal ia adalah anak manusia. Kenyataan ini pun membantah teori Nativisme sebab gambaran dalam cerita Robinson Crussoe itu telah membuktikan bahwa lingkungan dan didikan membawa pengaruh besar terhadap perkembangan anak. Beberapa ahli biologi dan psikologi berpendapat bahwa peluang bagi para pendidik untuk memperoleh hasil pendidikan amat sedikit, tidak mengatakan tidak ada sama sekali. Boleh dikatakan tidak peluang untuk mendidik anak manusia. Mereka memandang bahwa evolusi anak seluruhnya di tentukan oleh hokum-hukum pewarisan, sifat-sifat dan pembawaan orang tua dan nenek moyang mengalir sepanjang perkembangan, hingga sulit sekali mengubah melalui pendidikan Darajat, dkk, 200851. Psikolog Austria, H. Rohracher mengemukakan “… manusia hanyalah produk dari hokum proses alamiah yang berlangsung sebelum yang bukan buah dari pekerjaan dan bukan pula menurut keinginannya” Darajat, dkk, 200851. LL. Szondi menambahkan lebih jauh bahwa dorongan maupun tingkah laku social dan intelektual ditentukan sepenuhnya oleh faktor-faktor yang diturunkan warisan sebagai nasib yang menentukan seseorang Darajat, dkk, 200851. Aliran Empirisme Toko aliran Empirisme adalah John Lock, filosof Inggris yang hidup pada tahun 1632-1704. Teorinya dikenal dengan Tabula rasa meja lilin, dengan istilah lain berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong blank Slate/blank tablet Syah, 200844. Yang menyebutkan bahwa anak yang lahir ke dunia seperti tempat putih yang bersih. Kertas putih akan mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh PESERTA DIDIK DALAM PANDANGAN NATIVISME, EMPIRISME JURNAL IDAARAH, VOL. II, NO. 2, DESEMBER 2018 247 lingkungan. Aliran di sokong pendapatnya oleh J. F. Herbert dengan teori psikologi asosiasinya. Ia berpendapat bahwa jiwa manusia adalah kosong sejak dilahirkan baru akan berisi bila alat inderanya telah dapat menangkap sesuatu yang kemudian diteruskan oleh uart sarafnya masuk kedalam kesadaran, yaitu jiwa Syah, 200828. Faktor bawaan dari orang tua faktor turunan tidak dipentingkan. Pengalaman diperoleh anak melalui hubungan dengan lingkungan sosial, alam, dan budaya. Pengaruh empiris yang diperoleh dari lingkungan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Menurut aliran ini, pendidik sebagai faktor luar memegang peranan sangat penting, sebab pendidik menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan anak akan menerima pendidikan sebagai pengalaman. Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap, serta watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan Misalnya suatu keluarga yang kaya raya ingin memaksa anaknya menjadi pelukis. Segala alat diberikan dan pendidik ahli didatangkan. Akan tetapi gagal, karna bakat melukis pada anak itu tidak ada. Akibatnya dalam diri anak terjadi konflik, pendidikan mengalami kesukaran dan hasilnya tidak optimal. Contoh lain, ketika dua anak kembar sejak lahir dipisahkan dan dibesarkan dilingkungan yang berbeda. Satu dari mereka dididik di desa oleh keluarga petani golongan miskin, yang satu dididik di lingkungan keluarga kaya yang hidup di kota dan disekolahkan di sekolah modern. Ternyata pertumbuhannya tidak sama. Kelemaha aliran ini adalah hanya mementingkan pengalaman. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawah anak sejak lahir dikesampingkan. Padahal, ada anak yang berbakat dan berhasil meskipun lingkungan tidak mendukung. Aliran Konfergensi Tokoh aliran konfergensi adalah Wiliam Stem. Ia seorah tokoh pendidikan jerman yang hidup tahun 1871-1939. Aliran konferegensi merupakan kompromi atau kombinasi dari aliran Nativisme dan Emperisme. Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembanga anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan Syah, 200846. Jadi, faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting. Anak yang membawa pembawaan baik dan didukung oleh lingkungan pendidikan yang baik akan menjadi semakin baik. Sedaangkan bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan yang sesuai bagi perkenbangan bakat itu sendiri. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak secara optimal jika tidak didukung oleh bakat baik yang dibawa anak. Dengan demikian, aliran konfergensi menganggap bahwa pendidikan sangat bergantung pada faktor pembawaan atau bakat dan lingkungan. Hanya saja, Wiliam Stem tidak menerangkan seberapa besar perbandingan pengaruh kedua MUSDALIFAH 248 JURNAL IDAARAH, VOL. II, NO. 2, DESEMBER 2018 faktor tersebut. Sampai sekarang pengaruh dari kedua faktor tersebut belum bias ditetapkan. Apakah aliran konfergensi sebagaimana tersebut di atas dapat dijadikan pedoman dalam arti bahwa perkembangan peserta didik pasti bergantung pada pembawaan dan lingkungan pedidikannya? Sampai batad tertentu aliran ini dapat kita terima. Tetapi tidak secara mutlak. Sebab masih ada satu hal yang perlu diperhatikan yakni potensi psikologi tertentu yang juga tersimpan rapi dalam diri setiap peserta didik dan sulit diidentifikasi. Hasil proses perkembangan peserta didik tak dapat dijelaskan dengan menyebutkan pembawaan dan lingkungan. Artinya keberhasilan seoarng peserta didik tidak hanya ditentukan oleh pembawaan dan lingkungan saja, karna peserta didik tersebut tidak hanya dikembangkan pembawaan dan lingkunganya, tetapi juga oleh didiri peserta didik sendiri. Setiap orang termasuk peserta didik tersebut memiliki potensi yang memungkinkan dirinya yang memungkinkan dirinya bebas memilih antara mengikuti atau menolak sesuatu aturan atau stimulu lingkungan tertentu yang hendak mengembangkan dirinya. Alhasil, peserta didik sendiri memiliki potensi psikologis tersendiri untuk mengembangkan bakat dan pembawaannya dalam konteks lingkungan tertentu. Dari kenyatann tersebut di atas, timbul pertanyaan dalam hal apa faktor pembawaan dan faktor lingkungan lebih menentukan? Dari hasil pengelidikan yang dilakukan oleh para ahli psikologi diperoleh petunjuk sebagai berikut; faktor pembawaan lebih menentukan dalam hal intelgensi, fisik, reaksi pengindraan, sedangkan faktor lingkungan lebih menentukan dalam hal pembentukan kebiasaan, kepribadian, dan nilai nilai kejujuran, gembira, sedih dan ketergantungan kepada orang lain sangat dipengaruhi oleh belajar training Darajat, dkk, 2008129. Kadar pengaruh keturuna pembawaan dan lingkungan terhadap peserta didik berbedaa sesuai dengan segi segi pertumbuhan kepribadian peserta didik. Kadar pengaruh kedua faktor ini juga berbedaa sesuai umur dan fase pertumbuhan yang dilalui. Faktor keturunan umumnya lebih kuat pengaruhnya pada tingkat bayi, yakni sebelum terjalinnya hunbungan social dan perkembangan pengalaman. Sebaliknya lpengaruh lingkungan lebih besar pada manusia mulai dewasa, karna hubungan dengan lingkungan alam manusia, serta ruang geraknya sudah semakin luas Darajat, dkk, 200855. Karna itu Zakiah Drajat mengatakan bahwa tugas sekolah ialalh mempersiapkan semua unsur unsur kebudayaan untuk proses ini. Ada tiga hasil integrasi antara individu dengan lingkukngannya, perluasan, perbedaan. Dan penggabungan bahwa bila saja belajar benrlangsung maka yang belajar itu adalah seluruh organism manusia itu Nasution, 200411. Jalaluddin Rahmat dalam bukunya belajar cerdas, mengemukakan secara singkat para peneliti umumnya menilai perbandingan kedua pengaruh itu secara PESERTA DIDIK DALAM PANDANGAN NATIVISME, EMPIRISME JURNAL IDAARAH, VOL. II, NO. 2, DESEMBER 2018 249 ”fifti fifti” setengah disebabkan oleh keturunan dan setengahnya lagi oleh lingkungan. Jika IQ anda 20 poin, kira kira 120, 10 poin dari orang tua anda dan 10 poi lagi dari lingkungan Rahmat, 200735. Lanjut beliau tetapi, yang paling penting adalah kecerdasan anda yang dibawah sebagai warisasn hanya anda miliki sebagai potensi. Ibarat rumah pembawaa adalah pondasi, sedangkan lingkungan adalah bangunan rumah. Gerald Edelman, neorology pemenang nobel dan kepala The Neurological Instutute di The cripps clinik, la jolla, California mengemukakan neurology Darwinisme adalah teori yang menjelaskan bahwa otak memang harus plastis lentur, yakni harus berubah ketika lingkungan dan pengalaman berubah. Itulah sebabnya mengapa kita harus menerima pelajaran learn dan juga bias menghilangkan pelajaran anlearn Rahmat, 2007175. Jadi bahwa berbagai penelitian para ahli membuktikan bawaan saja tidak akan bias berkembang dan beruh kecuali ada faktor faktor lain diluar manusia itu sendiri yang mempengaruhinya. Akan tetapi, dalam hal pembawaan yang bersifat rohania sangat suli kita kenali. Banyak orang yang ahli dibidang “X” tetapi anaknya ahli dibidang “Y”. anak ini sudah di usahakan agar membelajari bidang “X” supaya sama dengan orang tuanya, tetapi ia menolak dan menunjukkan kecendrungan bakat “Y” Manusia lahir kedunia, dalam suatu lingkungan dengan pembawaan tertentu. Pembawaan yang potensial itu tidak spesifik melainkan bersifat umum dan dapat berkembang menjadi bermacam macam kenyataan antara interaksi dengan lingkungan. Pembawaan menentukan batas batas kemungkinan yang dapat dicapai oleh seseorang peserta didik akan tetapi lingkungan menentukan menjadi seseorang individu dalam kenyataan. Tentang fungsi pembawaan dan lingkungan Hendri G. Garret mengatakan sebagai berikut “jelaslah pembawaan dan lingkungan bukanlah hal yang bertentaangan melainkan saling membutuhkan” Darajat, dkk, 2008128. Lingkungan yang buruk dapat merintangi pembawaan yang baik, tatapi lingkungan yang baik tidak dapat menjadi pengganti suatu pembawaan yang baik. Daerah yang penuh dengan kejahatan dan kesempatan latihan yang kurang, akan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan yang buruk. Begitu juga lingkungan yang baik tidak dapat menjadikan peserta didik yang lemah pikiran menjadi orang yang pandai atau orang yang tidak berbakat menjadi berbakat. Karna itu ada fakror lain yang perlu diperhatikan oleh pendidik yaitu faktor dari diri peserta didik sendiri yang harus mengembangkan potensi dirinya secara maksimal, dengan memaksimalkan pembawaan dan pengaruh lingkungan dimana dia berada. Maka akan membawa peserta didik ke arah tujuan pendidikan. Dari aliran-aliran tersebut diatas ada dua aliran ekstrim yaitu pembawaan Nativisme dan lingkungan Empirisme sedang satu yang moderat yaitu penggabungan/kombinasi Konvergensi. MUSDALIFAH 250 JURNAL IDAARAH, VOL. II, NO. 2, DESEMBER 2018 Perdebatan mengenai hal ini tidak akan pernah selesai. Karna dikolong langit dan diatas hamparan bumi, tak seorang pun yang bias memilih sebagai apakah ia akan dilahirkan. Termasuk juga memilih sebagai keturunan, suku, ras, bangsa, umat, dan warga Negara mana. Faktor keturuna merupakan sesuatu berpengaruh besar bagi pembawaan seseorang, setiap orang mewarisi gen baik dan buruk dari ayah, ibu, paman, bibi, kakek dan nenek mereka, melalui perpaduan sperma dan opum dari kedua orang tuanya. Berdasarkan hal tersebut, Nabi Bersabda, Hadits ini saya kutip dalam bukunya Rachmat Ramadhani Al-Banjari yang berjudul “membaca kepribadian muslim seperti membaca Al-quran” yang berbunyi; Kawinlah wanita yang baik, sebab sesungguhnya faktor gen keturunan itu kuat pengaruhnya” Ibnu Adiy Banjari, 2008120. Hadis ini menekankan pentingnya bebet, bobot, dan bibit dalam memilih calon isteri atau bapak, karena akan menurunkan tabiat-tabiat, karakter, sifat bawaan kepada anaknya. Begitu juga hanya lingkungan, Rasulullah SAW menekankan dalam sabdanya, “Jauhilah olehmu si cantik yang bearacun! Seorang sahabat bertanya; ya Rasulullah, siapa si cantic yang beracun itu? Rasul menjawab; perempuan yang cantik tetapi berada dalam lingkungan yang buruk” H. P. Daruguthni Banjari, 2008120. Hadis ini mengandung makna bahwa kuatnya lingkungan dalam memberi pengaruh terhadap pembentukan pribadi anak. Oleh sebab itu baik faktor hediritas keturunan maupun faktor lingkungan, keduanya diakui saling mempengaruhi dalam membentuk pribadi, pola pikir, berkeyakinan, berperasaan, berperilaku, bersikap, berpenampilan dan bertindak manusia, hanya tidak ada kata sepakat para ahli mengenai faktor mana yang sangat domina, faktor keturunan atau lingkungan. KESIMPULAN Dalam pendidikan ada tujuan dan untuk mencapai tujuan memerlukan komponen-komponen pendidikan antara lain adalah pendidik dan peserta didik. Peserta didik adalah subyek dan obyek pendidikan, karena itu dalam proses belajar dan pembelajaran, seorang pendidik hendaknya memahami dan mengerti betul secara kompherensif mengenai eksistensi dan potensi peserta didiknya. Jika pemahaman yang kompherenshif oleh pendidik dan peserta didiknya, maka pendidikan akan berlangsung sesuai tujuan yang diinginkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya hasil perkembangan peserta didik pada dasarnya ada 3 macam 1. Faktor intern yaitu faktor yang ada pada peserta didik itu sendiri yang meliputi pembawaan tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri. PESERTA DIDIK DALAM PANDANGAN NATIVISME, EMPIRISME JURNAL IDAARAH, VOL. II, NO. 2, DESEMBER 2018 251 2. Faktor ekstern yaitu hal-hal yang dating atau ada diluar peserta didik yang meliputi lingkungan pendidikan penagalaman berinteraksi peserta didik tersebut denagan lingkungannya. 3. Faktor potensi psikologis yang tersimpan pada diri peserta didik tersebut yang memungkinkan dia menerima atau menolak aturan atau stimulus lingkungan tertentu yang akan mengembangkan dirinya. DAFTAR PUSTAKA Al-Banjari, Rachmat Ramadhana, Membaca Kepribadian Muslim Seperti Membaca Al-Quran Cet. I; Jogyakarta DIVA Perss,2008. An-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan masyarakat. Cet. IV; Jakarta Gema Insan, 2004. Darajat, Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam. Cet, VII; Jakarta PT. Bumi Aksara, 2008 Darajat, Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Cet, IV; Jakarta PT. Bumi Aksara, 2008. Darajat, Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam. Cet, III Jakarta Bumi Aksara 2008. Isa, Kamal Muhammad, Manajemen Pendidikan Islam, Cet; I; Jakarta PT. Fikahati Aneska, 1994 Langgulung, Hasan, Manusia Pendidikan Suatu Analisis Psikologis, Filsafat dan pendidikan. Cet. V. Edisi Revisi; Jakarta Pustaka Al-Husna, 2004. Langgulung, Hasan, Pendidikan Islam Dalam Abad ke 21. Cet, III. Edisi Revisi; Jakarta Pustaka Al-Husna Baru, 2003. Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis. Cet; I; Jakarta PT. Intermesa, 2002 Rahmat, Jalaluddin, Belajar Cerdas, Belajar Berbasiskan Otak. Cet, VII; Bandung; Mizan Learning Centre, 2007 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Dengan Pendekatan Baru. Cet. XIV; Jakarta PT. Remaja Rosdakarya, 2008. ... Berbicara terkait faktor-faktor ada tiga aliran yang mana menjelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi kedisiplinan seseorang, yaitu Pertama Nativisme aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh factor bahwa sejak lahir dalam kata lain aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaanya. Musdalifah 2018. ...... Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap, serta watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Musdalifah 2018. Ketiga Konvergensi aliran ini berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan jadi, faktor pembawaan dan lingkungan samasama berperan penting. ...... Ketiga Konvergensi aliran ini berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan jadi, faktor pembawaan dan lingkungan samasama berperan penting. Musdalifah 2018 Seperti halnya di SD Al-Husainiyyah Bandung ada beberapa faktor yang tentunya menjadi penghambat dalam peningkatan kedisiplinan diantaranya ialah siswa yang tinggal di asrama, mereka tinggal secara bersamaan salah satunya dipengaruhi oleh kurangnya kesadaran anak seperti halnya sering terlambat jika datang kesekolah dan juga siswa yang bermalasmalasan hal tersebut pun berpengaruh yang cukup besar bagi siswa lainnya. ...Lina ErlianaHelmi AzizSobar Al GhazalIslamic education is one of the basic sciences that plays an important role in shaping the character of the mindset and behavior of students. Initial observations made at SD Al-Husainiyyah Bandung became the basis that it turned out that there were several problems with regard to student discipline. The reality showed a tendency such as some students not doing homework or assignments. Therefore PAI teachers or classroom teachers are required to motivate students in discipline and encourage children to apply disciplined attitudes. Based on this phenomenon, the problem in this research is formulated "What is the role, what should be done in increasing motivation, how are the supporting and inhibiting factors of discipline". Furthermore, the objectives in this study are described in the following points 1 to be able to reveal how efforts are made to improve student discipline at Al-Husainiyyah Elementary School, 2 to analyze how the role of PAI teachers in improving student discipline at SD AL-Husainiyyah Husainiyyah, 3 to determine the supporting and inhibiting factors of discipline in Al-Husainiyyah Elementary School. The researcher used qualitative descriptive method. The data sources used are primary data sources, namely teachers of Islamic education subjects at Al-Husainiyyah Elementary School Bandung and secondary data sources in the form of documents. With data collection techniques, namely interviews, observations. Conducting interviews with teachers of Islamic religious education subjects at SD Al-Husainiyyah Bandung. The data analysis techniques used in this study were data reduction, data presentation. The results of this study that the PAI teacher's efforts to improve discipline are by providing understanding and understanding, the supporting supporting factors are that the students have received new knowledge and are easy to apply and the inhibiting factor is that there are still some students who are lazy so that they do not discipline. Keywords Teachers, Students, Discipline Abstrak. Penddikan Agama Islam merupakan salah satu ilmu dasar yang memegang peranan penting dalam pembentukan karakter pola pikir dan tingkah laku siswa. Pengamatan awal yang dilakukan di SD Al-Husainiyyah Bandung menjadi dasar bahwa ternyata terdapat beberapa masalah berkenaan dengan kedisiplinan menunjukan kecenderungan seperti sebagian siswa tidak mengerjakan pekerjaan rumah atau tugas. Oleh karena itu guru PAI atau guru kelas dituntut untuk memotivasi siswa dalam kedisiplinan dan mendorong anak-anak untuk menerapkan sikap disiplin.. Berdasarkan fenomena tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan “ Bagaimana peran, Apa yang harus dilakukan dalam meningkatkan motivasai, bagaimana faktor pendukung dan penghambat dari kedisiplinan “. Selanjutya, tujuan dalam penelitian ini di uraikan dalam pokok-pokok sebagai berikut 1 untuk apat mengungkapkan bagaimana upaya dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SD Al-Husainiyyah, 2 untuk menganalisis bagaimana peran guru PAI dalam menigkatkan kedisiplinan siswa di SD AL-Husainiyyah, 3 untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dari kedisiplinan di SD Al-Husainiyyah. Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitataif. Adapun sumber data yang digunakan adalah sumber data primer yaitu guru mata pelajaran pendidikan Agama Islam SD Al-Husainiyyah Bandung dan data sumber sekunder berupa dokumen. Dengan teknik pengumpulan data yaitu waawancara, observasi. Melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran pendidikan agama Islam SD Al-Husainiyyah Bandung. .Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah redukasi data, penyajian data. Hasil dari penelitian ini bahwa upaya guru PAI dala menngkatkan kedisiplinan ialah dengan memberikan pengertian dan pemahaman, faktor pendukung pendukung ialah para siswa udah dalam menerima pengerahuan yang baru serta mudah dalam pengaplikasiannyapun dan faktor pnghambat ialah masih ada beberapa siswa yang bermalas-malasan sehingga ia tidak disiplin. Kata Kunci Guru, Siswa, Kedisiplinan... The theory of Nativism was introduced by Schopenhauer 1788 -1860 Yahya, 2008;Saidin, Bakar, & Harun, 2021. This theory explains that the most influential factors in the formation of an individual's self are internal factors that refer to talents, inclinations, intellect and so on Musdalifah, 2019. The word Natives means "disposition" which will shape the personality of a child Nadirah, 2013. ...... If the education and coaching given to the child is good, then the child is good. Similarly, if on the contrary, the crime committed by a person is the result of external influences that he received Musdalifah, 2019. This theory is clearly so convinced of the role played by the world of education and teaching in shaping the moral form of a student. ...Moral formation begins with the personality of the individual and the environmental factors around the individual. Consequently, an individual's propensity to be good or bad depends on internal and external factors that motivate him or her to act through his or her conduct. It is necessary to create a situation that may lead to the application of good moral values to students by a conducive education. This can ensure a motivated generation committed to fulfilling their responsibilities to themselves, their families, their peers, society and the country. This study uses Convergence Theory to examine the extent of the influence of personality and school environment in shaping the morals of Malaysian students who attend international schools in the Klang Valley.... Aliran Empirisme berpendapat bahwa perkembangan manusia di pengaruhi dan ditentukan oleh lingkungan sekitar. Aliran Konvergensi berpendapat bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh potensi sejak lahir atau pembawaan dan lingkungan sekitar Musdalifah, 2019. Dalam pandangan Islam terdapat konsep fitrah yang berpendapat bahwa kodrat manusia yang diberikan oleh Allah sebagai bawaan sejak lahir serta membutuhkan adanya proses hubungan dari sekitar secara aktif dan dinamis Nadirah, 2013. ...Nur YaqinThe rapid progress and human civilization has resulted in increasingly dimming Islamic values and even starting to disappear from the existing vortex. This results in the dimming of Islamic values and Islamic religious education and learning including the dimming of the attitude of religious and social responsibility from individuals and society, including the responsibility for children's Islamic education which has begun to nail and display in western education however, the form of reduced responsibility responsibility or trust include, such as reduced obedience to orders to carry out religious obligations, indifference to religious education in children, disregard for ethical and moral values and diminished sense of empathy for people who are less affluent. This research is a research on the analysis of the concept of the content of Islamic values in Ki Ageng Suryomentaram's kawruh pamomong in the application of Islamic religious learning. The purpose of describing the Islamic values of the ancient text of kawruh pammong Ki Ageng Suryomentaram The object of study is the ancient manuscripts of Ki Ageng Suryomentaram. This type of research is qualitative research with a literature study model. The results of the study explain that local wisdom also has grain values that can be used as speech and limitations in carrying out daily life. Results, The value points of kawruh pammong can be implemented in learning including several values 1 exemplary; 2 habituation; and 3 question and answer. In conclusion, the application of Islamic values as a benchmark or benchmark in applying belief to the understanding of the values taught in the form of monotheism and morals. These values can be applied and practiced in everyday life by believing in Islam as a reference material for its adherents.... Menurut Hamalik 2011 menerangkan bahwa pendidikan ialah suatu proses mempengaruhi siswa agar dapat membiasakan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya. Pada dasarnya pertumbuhan serta perkembangan siswa bergantung pada dua faktor yang saling mempengaruhi, yaitu bakat yang dimiliki oleh siswa sejak lahir, serta lingkungan yang mempengaruhi sampai bakat itu tumbuh dan berkembang Farikhah, 2009;Samio, 2018;Musdalifah, 2019. Sekolah selaku lembaga pendidikan formal, secara sistematis merancang beragam lingkungan yaitu berupa lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai peluang buat siswa untuk melaksanakan berbagai aktivitas belajar. ...Silvia MeirisaLatarbelakang permasalahan dalam penelitian ini dikarenakan rendahnya motivasi belajar siswa pada pembelajaran PKn, hal tersebut terlihat bahwa guru selalu menggunakan metode ceramah dan sedikit tanya jawab, sedangkan keberadaaan siswa sebagai seorang yang kreatif kurang diperhatikan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan peningkatkan motivasi belajar siswa mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan menggunakan model everyone is a teachere here. Adapun jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas PTK. Siswa kelas V SDN 138/III Tanjung Syam Kerinci yang berjumlah 13 orang adalah subjek dari penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa dalam mengajukan pertanyaan diperoleh persentase pada siklus I dari 34,58% meningkat pada siklus II menjadi 76,92%, motivasi belajar siswa dalam menjawab pertanyaan diperoleh persentase pada siklus I dari 53,84% meningkat pada siklus II menjadi 80,76%, kemudian rata-rata nilai hasil belajar siklus I dari 65,38 meningkat pada siklus II menjadi 78,07. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui model everyone is a teachere here di kelas V SD pada pembelajaran Kepribadian Muslim Seperti Membaca Al-Quran Cet. I; Jogyakarta DIVA PerssRachmat Al-BanjariRamadhanaAl-Banjari, Rachmat Ramadhana, Membaca Kepribadian Muslim Seperti Membaca Al-Quran Cet. I; Jogyakarta DIVA Perss, AbdurrahmanIslam Di RumahAn-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan masyarakat. Cet. IV; Jakarta Gema Insan, Pendidikan Islam, Cet; I; Jakarta PT. Fikahati AneskaKamal IsaMuhammadIsa, Kamal Muhammad, Manajemen Pendidikan Islam, Cet; I; Jakarta PT. Fikahati Aneska, 1994Suatu Analisis Psikologis, Filsafat dan pendidikanHasan LanggulungManusia PendidikanLanggulung, Hasan, Manusia Pendidikan Suatu Analisis Psikologis, Filsafat dan pendidikan. Cet. V. Edisi Revisi; Jakarta Pustaka Al-Husna, Islam Dalam Abad ke 21Hasan LanggulungLanggulung, Hasan, Pendidikan Islam Dalam Abad ke 21. Cet, III. Edisi Revisi; Jakarta Pustaka Al-Husna Baru, SyahPsikologi PendidikanSyah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Dengan Pendekatan Baru. Cet. XIV; Jakarta PT. Remaja Rosdakarya, 2008.
Sebabpengguaannya disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, situasi dan kondisinya pada saat itu, karena setiap aliran memiliki dasar-dasar pemikiran sendiri.Aliran-aliran pendidikan baru yang berkembang sebenarnya adalah pengembangan dari keempat aliran-aliran klasik yang ada yaitu, (1) aliran empirismo, (2) aliran Nativismo, (3) aliran
- Aliran seni lukis yang penggambarannya alami atau sesuai dengan keadaan alam adalah pengertian dari aliran naturalisme. Dikutip dari buku Studi dan Pengkajian Sastra Perkenalan Awal Terhadap Ilmu 2014 oleh Alfian Rokhmansyah, aliran naturalisme merupakan aliran yang mengemukakan bahwa fenomena alam yang nyata ini terjadi karena kekuatan alam itu sendiri yang berinteraksi sesamanya. Di dalam karya sastra aliran naturalisme adalah aliran yang juga menampilkan peristiwa sebagaimana adanya. Baca juga 12 Aliran Seni Lukis dan Tokohnya Sejarah aliran naturalisme Aliran naturalisme pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf pada abad ke-16, John Amos Comenius. John juga merupakan tokoh yang memperkenalkan aliran seni naturalisme dalam dunia pendidikan. Perkembangan aliran naturalisme cukup pesat, terlebih didukung oleh para tokoh-tokoh naturalisme lainnya. Salah satu contoh perkembangan aliran naturalisme yang dapat dilihat sampai sekarang adalah anatomi manusia dan hewan yang semakin akurat. Didukung dengan teknologi visual yang semakin maju. Perkembangan aliran naturalisme juga terlihat dari segi ilmu perspektif jaak jauh. Di mana para pelukis dapat mengaplikasikannya dalam lukisan untuk menggambarkan obyek lebih nyata. Sesuai dengan apa yang mereka lihat. Pada abad ke-17, penggambaran kondisi cuaca dan pencahayaan lukisan semakin lebih bagus dan halus. Terlihat semakin nyata dengan apa yang dilihat. Baca juga Aliran-aliran dalam Dunia Sastra Ciri aliran naturalisme Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, ciri-ciri aliran naturalisme, yaitu Aliran yang merupakan apresiasi dan bentuk kekaguman para seniman kepada alam. Melukiskan keindahan sesuai dengan kenyataannya, tanpa melebihkan atau menguranginya. Teknik-teknik serta keterampilan dari seniman adalah hal yang sangat utama. Naturalisme lebih menekankan antara kemiripan lukisan dengan yang ada pada obyek aslinya. Mengangkat tema mengenai pemandangan yang nyata, seperti keindahan alam. Tidak hanya menampilkan berbagai lukisan yang indah, tetapi akan menampilkan kemurniannya. Tokoh-tokoh aliran naturalisme Beberapa tokoh aliran naturalisme, yakni
Sejarahtelah memberi penerangan, contoh, dan teladan bagi manusia dan diharapkan akan dapat meningkatkan peradaban manusia itu sendiri di masa kini dan masa yang akan datang. Berpikir (Pidarta, 2007: 114) 3) Zaman Naturalisme Pada abad ke-18 muncullah aliran Naturalisme Sebagai reaksi terhadap aliran Rasionalisme dengan tokohnya, J. J
Source Aliran naturalisme dalam pendidikan merupakan salah satu konsep pembelajaran yang mengakui pentingnya lingkungan alam sebagai media belajar yang efektif bagi anak-anak. Konsep ini menganggap bahwa anak-anak akan belajar lebih baik jika dibawa ke lingkungan alam dan dibiarkan untuk berinteraksi dengan alam. Oleh karena itu, aliran naturalisme mengusung konsep belajar dari alam, belajar sambil bermain, dan pengalaman langsung. Pendekatan aliran naturalisme mencoba untuk mengintegrasikan pemikiran tentang pembelajaran dengan lingkungan alam. Pada saat yang sama, konsep ini juga mengajarkan anak-anak untuk memperhatikan, menghargai, dan menjaga alam semesta. Naturalisme mendefinisikan lingkungan dan pengalaman alam sebagai sumber pembelajaran utama. Dalam aliran naturalisme, lingkungan alam menjadi lingkungan pembelajaran yang paling ideal. Gayung bersambut, anak-anak juga lebih memilih untuk belajar dan bermain di luar ruangan daripada di dalam ruangan. Lingkungan luar menyediakan banyak kesempatan bagi anak-anak untuk melakukan aktivitas yang sehat, seperti berlari, menari, bermain bola, dan sebagainya. Alasan mengapa aliran naturalisme menjadi populer di Indonesia karena Indonesia sendiri adalah negara yang terkenal dengan kekayaan alamnya. Negara ini memiliki banyak sekali satwa dan tumbuhan endemik yang tidak ditemukan di tempat lain. Oleh karena itu, orang Indonesia mungkin merasa bahwa sangat penting untuk mengenalkan anak-anak dengan keindahan alam di tanah air mereka melalui pendidikan. Di Indonesia, implementasi aliran naturalisme dalam pendidikan dapat ditemukan dalam kurikulum sekolah, kegiatan kelas luar, dan kegiatan belajar mengajar yang diselaraskan dengan karakteristik lingkungan yang ada. Anak-anak diajarkan tentang lingkungan alam dan bagaimana mereka harus merawatnya. Dalam kegiatan kelas luar, anak-anak juga diajak untuk berinteraksi dengan alam dan melakukan kegiatan yang berkaitan dengan alam. Pada saat yang sama, dapat mengembangkan rasa senang dalam diri anak-anak sedari kecil. Alasan lain mengapa aliran naturalisme menjadi populer di Indonesia karena lewat konsep ini, anak-anak dapat melihat keindahan alam Indonesia dan lebih peduli terhadap lingkungan, jadi mereka bisa menjadi generasi penerus yang peduli terhadap lingkungan. Selain itu, konsep ini juga meningkatkan kemampuan motorik anak-anak. Sehingga sambil belajar mereka juga dapat bermain dan beraktivitas. Implementasi aliran naturalisme dalam pendidikan memberikan manfaat yang cukup banyak. Anak-anak dapat belajar lebih baik di lingkungan yang sehat dan merasa lebih bahagia ketika mereka sedang berada di lingkungan alam. Lingkungan yang merangsang juga dapat mengembangkan kreativitas dan imajinasi anak-anak, sambil tetap memberi mereka kesempatan untuk mempelajari dasar-dasar akademik. Dalam hal ini, aliran naturalisme menjadi solusi alternatif yang sangat efektif dalam memberikan pendidikan bagi anak-anak. Alasan lain mengapa aliran naturalisme menjadi populer di Indonesia adalah karena kurikulum pendidikan di Indonesia semakin berkembang dan mengalami perubahan. Ada banyak pendekatan terbaru dalam pendidikan yang sedang diadopsi di Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam negeri. Seiring dengan itu, semakin banyak sekolah dan organisasi pendidikan yang beralih ke aliran naturalisme. Inovasi ini dinilai sebagai cara yang lebih efektif dan menyenangkan untuk belajar dan mengajar, terlepas dari usia, tingkat pendidikan, dan latar belakang pengalaman pelajar. Aliran naturalisme dalam pendidikan memungkinkan anak-anak untuk merasakan alam dan memperluas wawasan mereka. Dengan mempelajari sedikit dari alam, anak-anak diharapkan dapat belajar bagaimana merawat planet kita dan segala isinya. Oleh karena itu, semakin banyak organisasi dan layanan pendidikan yang memilih aliran naturalisme sebagai metode utama pembelajaran, semakin banyak juga anak-anak Indonesia yang dapat tumbuh cerdas dan peduli terhadap lingkungan sekitar mereka. Semoga hal ini akan merangsang pertumbuhan kesadaran lingkungan di kalangan pemuda Indonesia, sehingga Indonesia menjadi negara yang lebih peduli lingkungan di masa depan. Sejarah Perkembangan Aliran Naturalisme dalam Pendidikan Aliran naturalisme dalam pendidikan merupakan suatu pandangan filosofis yang mengaitkan antara manusia dan alam sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Aliran ini percaya bahwa manusia adalah makhluk alami yang baik dan mengasah kemampuan manusia sebagaimana sifat alaminya. Naturalisme tidak hanya dalam pendidikan tetapi juga dianut dalam seni dan sastra. Perkembangan aliran Naturalisme dalam pendidikan di Indonesia berawal pada zaman penjajahan Belanda. Berbagai pemikir dan tokoh pendidikan terkenal seperti Ki Hajar Dewantara dan Soetomo adalah beberapa sosok intelektual yang turut memasyarakatkan aliran naturalisme dalam proses pembelajaran. Pada tahun 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa. Pendidikan yang dijalankan di Taman Siswa menekankan pada keseluruhan individu. Pendidikan di sini luluh lantak tidak sekadar pembelajaran materi tetapi juga pengembangan karakter dan keterampilan siswa. Para siswa diasuh dan menerima fasilitas pendidikan yang memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia seperti kesehatan, hygiene, dan keamanan. Semua hal tersebut diarahkan kepada tujuan terpenting yaitu pengembangan pribadi siswa yang utuh dari segi kognitif, psikis, dan sosial. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, aliran naturalisme diimplementasikan dalam pembelajaran. Sekolah-sekolah mengadopsi metode pembelajaran yang melibatkan peserta didik di dalam aktifitas pembelajaran sehingga mereka dapat mempelajari dan memahami materi melaui pengalaman langsung atau “learning by doing. Dalam konteks pendidikan, naturalisme sangat penting karena memperlihatkan bahwa lingkungan di sekitar kita memiliki pengaruh besar pada pembelajaran. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran guru sebagai fasilitator atau penggerak siswa dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip aliran naturalisme menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran dan peran guru adalah sebagai pembimbing yang membantu siswa dalam mengeksplorasi minat mereka dan menemukan jati diri mereka. Naturalisme mendorong pengembangan superioritas siswa sesuai dengan potensi yang dimiliki. Oleh karena itu, proses belajar akan lebih bermakna jika siswa diberikan kesempatan untuk belajar dan bertindak secara mandiri dan diperkenankan mengeksplorasi potensi yang dimilikinya. Dalam hal ini, guru hanya berperan sebagai pengarah serta fasilitator dalam proses belajar. Pendidikan yang digerakkan oleh aliran naturalisme cenderung berorientasi pada kemanusiaan yang ditunjukan kepada keunggulan hilir-mudik holistik. Modernisasi yang sudah dalam kondisi globalisasi dapat membawa ke arah kehancuran, dan hanya dengan fondasi pembelajaran yang berbasis manusia baru dapat membawa Indonesia pada jalur pembangunan yang benar. Aliran naturalisme juga merujuk pada keberadaan manusia sebagai bagian dari lingkungan hidup. Oleh karena itu, aliran ini mengajarkan mengenai pentingnya menjaga kelestarian alam. Pembelajaran lingkungan mulai diperkenalkan sehingga siswa dapat memahami pentingnya menjaga kelestarian alam dan bumi. Akhirnya, aliran naturalisme dalam pendidikan adalah sebuah pandangan yang penting terutama dalam membangun sumber daya manusia berkualitas dan juga dalam membangun negara Indonesia yang produktif dan mandiri dalam kaitannya dengan melihat konteks yang ada saat ini. Sejarah perkembangannya yang panjang dan pemikir-pemikir terkenal di Indonesia telah menghasilkan sistem pendidikan yang inklusif dan berfokus pada pengembangan siswa yang utuh dari segi kognitif, psikis, dan sosial. Prinsip-Prinsip Aliran Naturalisme dalam Pendidikan Aliran naturalisme dalam pendidikan di Indonesia merupakan salah satu pendekatan yang muncul pada awal perkembangan pendidikan modern. Menurut aliran ini, pendidikan seharusnya lebih fokus pada anak dan mengarahkan mereka untuk mengeksplorasi dunia nyata dan belajar dari pengalaman langsung. Berikut adalah prinsip-prinsip utama aliran naturalisme dalam pendidikan di Indonesia 1. Menghargai Keunikan Anak Prinsip pertama aliran naturalisme adalah menghargai keunikan anak. Setiap anak memiliki bakat, minat, dan kecerdasan yang berbeda-beda, oleh karena itu, guru seharusnya memahami karakter masing-masing anak dan menghormati keunikan mereka. Hal ini dibutuhkan agar anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang mereka miliki tanpa merasa terkekang oleh aturan atau standar tertentu. 2. Mengembangkan Pembelajaran yang Personalized Prinsip kedua aliran naturalisme adalah mengembangkan pembelajaran yang personalized. Dalam konteks pendidikan modern, personalized learning telah menjadi trend dimana pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan dan minat siswa. Hal ini juga menjadi fokus utama bagi aliran naturalisme. Guru seharusnya memahami bahwa setiap anak belajar dengan cara yang berbeda, oleh karena itu, pembelajaran harus didesain sedemikian rupa sehingga dapat menyesuaikan gaya belajar masing-masing siswa. 3. Mengutamakan Pengalaman Nyata sebagai Sumber Pembelajaran Prinsip ketiga aliran naturalisme adalah mengutamakan pengalaman nyata sebagai sumber pembelajaran. Dalam praktiknya, hal ini berarti guru harus menggunakan konteks dunia nyata sebagai sumber belajar. Ketika anak belajar tentang mata pelajaran matematika, mereka tidak hanya belajar dari buku atau kertas, namun juga belajar bagaimana menerapkan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pengalaman langsung juga memberikan kesempatan pada anak untuk memahami secara lebih dalam konsep-konsep yang mereka pelajari. Dalam mengaplikasikan prinsip ini, guru harus membuka ruang yang cukup bagi anak untuk mengeksplorasi dunia nyata. Guru seharusnya berperan sebagai fasilitator, bukan sebagai sang pengontrol yang hanya memberikan instruksi dari luar. Anak harus diberi kesempatan untuk mencari sendiri jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mereka miliki dan memecahkan masalah dengan alat yang tersedia di sekitar mereka. Dalam hal ini, aliran naturalisme mengajarkan pentingnya pengalaman langsung untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik. 4. Mendorong Kreativitas dan Inovasi Prinsip terakhir aliran naturalisme adalah mendorong kreativitas dan inovasi. Dalam aliran naturalisme, anak ditanamkan kepercayaan bahwa mereka dapat menjadi orang yang kreatif dan inovatif dalam mengatasi masalah atau menciptakan sesuatu yang baru. Guru seharusnya memberikan kebebasan dan ruang bagi anak untuk bereksplorasi dan menciptakan sesuatu yang baru. Dalam hal ini, aliran naturalisme sangat cocok dikembangkan pada anak usia dini yang sangat menggemari kegiatan ekspresi diri seperti menggambar, mewarnai, dan membangun sesuatu dengan bahan-bahan yang ada disekitar. Secara umum, prinsip-prinsip aliran naturalisme sangat penting untuk dijadikan pedoman dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia. Hal ini dibutuhkan karena setiap anak memiliki keunikan yang harus dihargai dan perkembangan mereka seharusnya didukung. Dalam hal ini, guru seharusnya menjadi fasilitator dan anak harus diberikan kesempatan yang cukup untuk mengembangkan kreativitas dan inovasinya. Dengan demikian, aliran naturalisme akan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan pendidikan di Indonesia. Kelemahan Aliran Naturalisme dalam Pendidikan Aliran naturalisme merupakan salah satu aliran pendidikan yang menjunjung tinggi kebebasan anak untuk berkembang sesuai dengan alaminya. Namun, seperti halnya aliran pendidikan lainnya, aliran naturalisme memiliki kelemahan-kelemahan yang harus diketahui oleh pendidik dalam mengaplikasikan pendidikan ini di Indonesia. 1. Tidak Ada Standar Pendidikan yang Jelas Salah satu kelemahan aliran naturalisme adalah tidak adanya standar yang jelas dalam memberikan pendidikan kepada anak. Sebagai pendidik, kita harus memahami bahwa setiap anak memiliki kemampuan dan karakter yang berbeda-beda. Oleh karena itu, sebagai pendidik harus mampu memahami secara mendalam karakteristik dan kemampuan anak yang diajarinya dan membuat standar pendidikan yang disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik anak tersebut. 2. Cenderung Menyepelekan Disiplin Aliran naturalisme cenderung menyepelekan disiplin dalam memberikan pendidikan pada anak. Masalah ini seringkali memberikan dampak buruk, karena anak menjadi tidak terarah dan cenderung mengikuti kehendak pribadinya. Sebagai pendidik, disiplin harus diterapkan untuk membentuk karakter baik pada anak dan memberikan struktur pada kehidupannya. 3. Kurang Efektif untuk Menyiapkan Anak Menghadapi Dunia Kerja Aliran naturalisme cenderung fokus pada pengembangan kreativitas dan kebebasan anak. Meskipun hal-hal tersebut penting, sebagai pendidik juga perlu memperhatikan persiapan anak menghadapi dunia kerja. Pengembangan keterampilan yang berguna dalam mendukung karir di masa depan juga harus menjadi perhatian dalam memberikan pendidikan pada anak. 4. Kurangnya Perhatian pada Peningkatan Kognitif Anak Salah satu kelemahan aliran naturalisme dalam pendidikan adalah kurangnya perhatian pada peningkatan kognitif anak. Anak-anak yang mendapat pendidikan dengan aliran naturalisme cenderung mengalami kesulitan dalam berpikir rasional dalam mengambil keputusan. Sebagai pendidik, kita harus mampu mengenali kelemahan ini dan berusaha meningkatkan kemampuan kognitif anak dengan memberikan pendidikan yang baik dan terarah. 5. Sangat Bergantung pada Individu Aliran naturalisme dalam pendidikan juga sangat bergantung pada individu, baik itu anak atau pendidik. Anak memiliki kebebasan dalam mengembangkan dirinya, namun jika tidak dibimbing dengan baik, anak bisa terjerumus pada hal-hal yang salah dan merugikan. Sebagai pendidik, kita harus mampu memantau perkembangan anak yang diajar dan memberikan arahan yang benar. Kesimpulannya, aliran naturalisme dalam pendidikan memiliki kelemahan-kelemahan yang perlu diperhatikan oleh para pendidik. Meskipun aliran naturalisme dapat memberikan kebebasan dan kreativitas pada anak, aliran ini juga dibutuhkan keteraturan dan disiplin dalam memberikan pendidikan yang baik dan efektif bagi anak di Indonesia. Penerapan Aliran Naturalisme dalam Pendidikan di Indonesia Pendidikan di Indonesia selalu berubah dalam merespon kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Salah satu aliran pendidikan yang populer adalah aliran naturalisme. Naturalisme adalah pandangan yang mengutamakan alam sebagai dasar pemikiran. Dalam konteks pendidikan, aliran naturalisme menekankan pada pengalaman diri sendiri sebagai bentuk belajar yang efektif. Pengenalan Aliran Naturalisme dalam Pendidikan di Indonesia Aliran naturalisme dalam pendidikan muncul pertama kali pada abad ke-17 di Eropa. Pemikir-pemikir seperti Jean-Jacques Rousseau dan John Dewey menjadi pemimpin aliran ini. Saat ini, naturalisme dalam pendidikan mulai diterapkan di Indonesia. Tujuan utama aliran ini adalah membantu siswa untuk menjadi individu yang mandiri, kritis, dan bebas dalam memilih jalan hidupnya. Karakteristik Aliran Naturalisme dalam Pendidikan di Indonesia Sesuai namanya, aliran naturalisme dalam pendidikan menekankan pada pengalaman alami atau natural dalam proses belajar siswa. Guru harus menyajikan materi pelajaran dengan cara yang menarik dan menyenangkan agar siswa lebih mudah memahami. Selain itu, pendidikan naturalisme mengajarkan siswa untuk mandiri. Siswa diharapkan bisa mengambil tanggung jawab atas pembelajarannya sendiri, tanpa bergantung pada guru atau orang lain. Aliran naturalisme dalam pendidikan juga menekankan pada proses belajar yang kontekstual. Artinya, proses belajar harus dihubungkan dengan situasi yang ada di sekitar siswa, baik itu lingkungan, budaya, maupun organisasi sosial. Pendidikan naturalisme juga harus relevan dengan kehidupan nyata siswa. Penerapan Aliran Naturalisme dalam Pendidikan di Indonesia Sudah banyak sekolah di Indonesia yang menerapkan aliran naturalisme dalam pendidikan. Sejumlah sekolah internasional, seperti Singapore School dan Semarang Independent School, mengadopsi aliran ini dalam kurikulum mereka. Selain itu, sejumlah perguruan tinggi juga sudah menerapkan aliran naturalisme dalam pendidikan. Universitas Ciputra Surabaya, Misro University, dan Telkom University adalah beberapa contohnya. Salah satu bentuk penerapan aliran naturalisme dalam pendidikan di Indonesia adalah pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan pada siswa untuk mengerjakan proyek yang mereka sukai dan tertarik. Hal ini membantu siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran dan menjadi lebih mandiri karena tanggung jawab terhadap proyek tersebut ada pada siswa. Selain itu, aliran naturalisme juga menerapkan pendekatan belajar dengan bermain. Siswa diajak untuk belajar dengan cara yang menyenangkan dan interaktif. Keuntungan dari Penerapan Aliran Naturalisme dalam Pendidikan di Indonesia Penerapan aliran naturalisme dalam pendidikan memiliki banyak keuntungan bagi siswa. Pertama, siswa dapat mengembangkan kemampuan kritis dan mandiri. Siswa tidak hanya menerima informasi dari guru, tetapi mereka juga diajarkan untuk berpikir dan mengevaluasi sesuatu dengan mandiri. Kedua, siswa menjadi lebih sadar dengan konteks lingkungan dan budaya di sekitarnya. Dengan pendekatan kontekstual, siswa dapat memahami bahwa pendidikan harus relevan dengan kehidupan nyata. Ketiga, siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Mereka tidak hanya menerima informasi, tetapi juga aktif dalam mencari informasi dan mengekspresikannya. Penutup Aliran naturalisme dalam pendidikan di Indonesia semakin populer. Penerapan aliran ini dapat membantu siswa menjadi mandiri, kritis, dan sadar dengan konteks lingkungan mereka. Sudah ada banyak sekolah dan perguruan tinggi yang menerapkan pendidikan naturalisme, dan ini memberikan banyak manfaat untuk siswa. Namun, sebagai siswa atau orang tua, kita juga perlu memperhatikan pentingnya nilai-nilai tradisional dalam pendidikan kita. Aliran naturalisme tidak boleh mengabaikan nilai-nilai moral dan budaya Indonesia yang sudah turun temurun.
- Իጄօծፈላуጠ улቮхуճ аኔυպачовኮቂ
- О θφаψሕ
- Честю фυгα цιкеրих
- Бኂ էցыдող
- Уцθ укрυ ζ
- ኘ аժ աб
- ጅжой γըпсабигу рեሠ
- ጠበθ уπодቻ жεпрխ
Aliranaliran dalam filsafat pendidikan (Empirisme, Nativisme, Konvergensi, dan Naturalisme) watak, kepribadian anak sesuai tujuan pendidikan yang diharapkan. Sebagai contoh, suatu keluarga mginginkan anaknya menjadi pelukis, dan menyediakan segala alat yang dipergunakan untuk melukis, namun si anak tidak mempunyai bakat melukis, alhasil
Contoh Aliran Naturalisme Dalam PendidikanContoh Aliran Naturalisme Dalam Pendidikan, pendekatan aliran naturalisme dalam pendidikan telah menjadi topik yang semakin menarik perhatian di Indonesia. Hal ini disebabkan karena semakin banyak orang yang menyadari bahwa konsep pembelajaran yang berpusat pada siswa dan pengalaman langsung dapat memberikan manfaat yang lebih besar daripada pembelajaran yang berpusat pada guru dan teori blog post ini, kami akan membahas tentang contoh aliran naturalisme dalam pendidikan. Kami akan menjelaskan secara rinci mengenai pengertian naturalisme dalam pendidikan, tokoh-tokoh yang mempengaruhi aliran naturalisme, metode pengajaran yang digunakan dalam naturalisme, implementasi naturalisme dalam pendidikan di Indonesia, serta FAQ yang sering ditanyakan terkait dengan naturalisme dalam blog post ini, kami berharap pembaca dapat memahami dengan lebih baik tentang pendekatan aliran naturalisme dalam pendidikan dan bagaimana penerapannya di Indonesia. Semoga blog post ini dapat memberikan wawasan baru dan inspirasi bagi pembaca yang ingin meningkatkan kualitas pembelajaran di Aliran Naturalisme dalam PendidikanNaturalisme dalam pendidikan merupakan pendekatan pembelajaran yang mengedepankan pengalaman langsung dalam proses belajar-mengajar. Menurut aliran ini, pendidikan seharusnya tidak hanya berfokus pada pengetahuan teoritis, tetapi juga harus melibatkan pengalaman nyata yang dapat membantu siswa memahami konsep secara lebih dalam pendidikan juga menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa, di mana guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam menemukan jawaban atas pertanyaan mereka sendiri melalui eksplorasi dan pengalaman aliran naturalisme, proses pembelajaran diintegrasikan dengan pengalaman hidup siswa, sehingga siswa dapat belajar melalui pengalaman dan lingkungan sekitar mereka. Konsep ini diyakini dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang dunia di sekitar naturalisme dalam pendidikan juga menolak konsep pembelajaran yang hanya didasarkan pada standar-standar akademik yang sudah ditetapkan. Sebaliknya, pendekatan ini mendorong siswa untuk mengeksplorasi minat mereka sendiri, sehingga mereka dapat membangun minat dan bakat mereka sendiri dan memilih jalur karir yang sesuai dengan minat mereka di masa Aliran Naturalisme dalam Pendidikan Aliran naturalisme dalam pendidikan memiliki beberapa tokoh penting yang dianggap sebagai pelopor dan pengembang teori dan praktik pendidikan Dewey Merupakan tokoh pendidikan terkemuka yang dianggap sebagai pelopor aliran naturalisme. Dewey berpendapat bahwa pembelajaran harus berpusat pada pengalaman langsung dan nyata, sehingga siswa dapat membangun pengetahuan mereka sendiri melalui eksplorasi dan pengalaman langsung. Dewey juga menekankan pentingnya pembelajaran melalui pengalaman sosial dan interaksi antara siswa dan lingkungan Montessori Seorang dokter Italia yang dianggap sebagai pelopor pendekatan Montessori dalam pendidikan. Montessori menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa dan pengalaman langsung, dengan memberikan kebebasan bagi siswa untuk mengeksplorasi dan belajar sesuai dengan minat mereka Steiner Seorang filosof dan pendidik Austria yang menciptakan pendekatan Waldorf dalam pendidikan. Steiner menekankan pada pentingnya pengalaman praktis dan seni dalam pendidikan, sehingga siswa dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia di sekitar Rousseau Seorang filsuf dan penulis asal Prancis yang dianggap sebagai tokoh penting dalam aliran naturalisme. Rousseau menekankan pada pentingnya pengalaman langsung dan kebebasan bagi siswa dalam belajar, sehingga mereka dapat mengembangkan bakat dan minat mereka Vygotsky Seorang psikolog Rusia yang menciptakan teori Zona Proximal Pembelajaran. Vygotsky menekankan pada pentingnya interaksi sosial dalam pembelajaran, dengan memberikan dukungan dan bimbingan kepada siswa untuk membantu mereka mencapai potensi maksimal Pengajaran dalam Aliran Naturalisme Metode Pengajaran dalam Aliran Naturalisme Dalam aliran naturalisme, metode pengajaran yang digunakan cenderung lebih menekankan pada pengalaman langsung atau experiential learning. Hal ini mengacu pada pandangan bahwa pengetahuan dan keterampilan sebaiknya diperoleh melalui pengalaman alamiah dan kehidupan sehari-hari, bukan hanya melalui pembelajaran teoretis di dalam metode pengajaran yang umum digunakan dalam aliran naturalisme adalahObservasi Siswa diajak untuk mengamati lingkungan sekitar dan mempelajari fenomena alam secara Siswa diberikan kesempatan untuk melakukan percobaan dan menemukan jawaban sendiri melalui pengalaman Lapangan Siswa dibawa ke luar kelas untuk mengalami dan mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan mata pelajaran yang Kelompok Siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman dan pemahaman mereka dengan teman Berbasis Proyek Siswa diberikan tugas untuk menyelesaikan proyek yang berkaitan dengan topik yang menggunakan metode pengajaran yang lebih naturalis, siswa diharapkan dapat lebih memahami materi yang dipelajari dan juga memperoleh keterampilan yang lebih baik dalam mengamati, menemukan, dan menganalisis fenomena di Aliran Naturalisme dalam PendidikanImplementasi Aliran Naturalisme dalam PendidikanImplementasi aliran naturalisme dalam pendidikan melibatkan beberapa aspek, antara lainKurikulum Kurikulum yang diadopsi dalam aliran naturalisme biasanya lebih terbuka dan fleksibel, sehingga siswa memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi topik yang menarik bagi mereka. Kurikulum juga menekankan pada pengalaman langsung dan interaktif dalam mempelajari Evaluasi dalam aliran naturalisme dilakukan melalui berbagai cara, seperti observasi, tugas praktis, dan proyek. Tujuannya adalah untuk menilai pemahaman dan keterampilan siswa dalam menyelesaikan tugas atau proyek yang Belajar Lingkungan belajar dalam aliran naturalisme cenderung lebih santai dan alami, seperti taman atau laboratorium alam terbuka. Tujuannya adalah untuk memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan Guru Peran guru dalam aliran naturalisme adalah sebagai fasilitator dan pembimbing, bukan sebagai sumber pengetahuan yang mutlak. Guru membantu siswa untuk menemukan dan memahami konsep-konsep melalui pengalaman langsung dan Teknologi Teknologi dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran dalam aliran naturalisme, seperti menggunakan aplikasi yang memungkinkan siswa untuk mengamati dan mempelajari fenomena alam secara mengimplementasikan aliran naturalisme dalam pendidikan, diharapkan siswa dapat lebih memahami konsep dan keterampilan yang dipelajari, serta memiliki kemampuan untuk mengamati, menganalisis, dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan Apa yang dimaksud dengan aliran naturalisme dalam pendidikan?A Aliran naturalisme dalam pendidikan adalah suatu pandangan bahwa pendidikan harus didasarkan pada pengalaman alamiah dan kehidupan sehari-hari, bukan hanya berfokus pada akademis dan kognitif Siapa saja tokoh-tokoh yang terkait dengan aliran naturalisme dalam pendidikan?A Beberapa tokoh yang terkait dengan aliran naturalisme dalam pendidikan antara lain John Dewey, Johann Heinrich Pestalozzi, dan Jean-Jacques Apa saja metode pengajaran yang diterapkan dalam aliran naturalisme?A Metode pengajaran dalam aliran naturalisme meliputi pembelajaran yang berbasis pada pengalaman, eksperimen, dan interaksi antara siswa dengan alam dan lingkungan Bagaimana cara implementasi aliran naturalisme dalam pendidikan di dunia nyata?A Implementasi aliran naturalisme dapat dilakukan dengan mengadopsi metode pengajaran yang melibatkan pengalaman langsung dan interaksi dengan lingkungan sekitar, serta menempatkan siswa sebagai subjek yang aktif dalam pembelajaran. Ini dapat diwujudkan melalui program-program pembelajaran yang mengarah pada praktikum, pengamatan langsung, dan diskusi pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa aliran naturalisme dalam pendidikan menekankan pada pentingnya pengalaman alamiah dan kehidupan sehari-hari sebagai dasar pembelajaran. Tokoh-tokoh seperti John Dewey, Johann Heinrich Pestalozzi, dan Jean-Jacques Rousseau memainkan peran penting dalam perkembangan aliran naturalisme ini. Metode pengajaran yang diterapkan dalam aliran naturalisme mencakup pengalaman langsung, eksperimen, dan interaksi dengan lingkungan sekitar. Untuk menerapkan aliran naturalisme dalam dunia nyata, perlu adanya penggunaan metode pengajaran yang berbasis praktikum, pengamatan langsung, dan diskusi kelompok. Diharapkan bahwa penerapan aliran naturalisme dalam pendidikan dapat membantu siswa memahami dan mengalami materi pelajaran secara lebih mendalam serta mengembangkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah secara kreatif dan Juga Mendidik dengan Seni Contoh Tembang Sinom Tema PendidikanSumber ReferensiBerikut adalah beberapa sumber referensi yang dapat dijadikan acuan untuk lebih memahami tentang aliran naturalisme dalam pendidikanDewey, J. 1916. Democracy and Education An Introduction to the Philosophy of Education. New York J. J. 1762. Emile, or On Education. London Penguin J. H. 1803. How Gertrude Teaches Her Children. London Dent & G. L. 1995. A History of Western Educational Ideas. New York H. H. 1983. Fundamental Concepts of Language Teaching. Oxford Oxford University Press.
. e55rdd95lu.pages.dev/3e55rdd95lu.pages.dev/308e55rdd95lu.pages.dev/361e55rdd95lu.pages.dev/493e55rdd95lu.pages.dev/91e55rdd95lu.pages.dev/461e55rdd95lu.pages.dev/123e55rdd95lu.pages.dev/331
contoh aliran naturalisme dalam pendidikan